02/12/12

Sebagai "KATANYA" Rimbawan

Seorang rimbawan di kaki gunung Ciremai,
Rimbawan merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki profesi bidang kehutanan yang menguasai dan memahami ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam profesi kehutanan (Suhendang, 2002). Dengan kata lain, rimbawan adalah seseorang yang mempunyai pendidikan kehutanan. Jelas, dalam pengertian ini rimbawan ditempatkan sebagai sebuah profesi. 

Profesi yang jika dicarikan penyetaraannya, adalah analogi yang sempurna bila disejajarkan dengan profesi dokter atau akuntan. Sebagai bentuk konsekuensi dari sebuah profesi, maka profesi menuntut adanya tanggung jawab. 

Akan muncul pertanyaan. Hal apa yang telah secara konkrit kita lakukan terhadap profesi ini? Apa wujud jati diri profesi rimbawan yang kita emban? Konsep profesionalisme memiliki karakteristik yang ditampakkan oleh kemampuan individu dalam hal skill, kompetensi, dan etika moral. 

Wujud pelaksanaan sebuah profesionalisme, bukan terbatas pada sertifikasi atas profesi rimbawan, melainkan bentuk tumbuh kembang individu secara menyeluruh, meliputi ketiga karateristik tersebut. 

29/11/12

Oh... Otakku, Diamlah!

Sembari tadi sekitar setelah nonton bola piala AFF antara Indonesia dan Singapura yang di menangkan oleh Indonesia, mata dan kepalaku terasa berat. Selesainya pertandingan lumayan menegangkan tersebut, aku memcoba untuk tiduran dikasur "springbad" empuk hasil jerih payah istriku beberapa bulan lalu, diselimuti udara dingin kota ini yang sangat layak untuk melakukan aktivitas apa yang disebut dengan tidur. Tapi entah kenapa dikepalaku berdiskusi seakan tak mau henti dari soal menyangkut hutan, DUPAK, pribadi hingga hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan. Otakku kini mungkin telah menjadi aneh.

Berpindah dari kamar ke depan TV tetap aja pikiranku tak mau melayang sedianya orang tertidur. Tergoda oleh alam pikiranku untuk menuangkannya kedalam tulisan menghantuiku kembali membuka laptop dan berselancar ke dunia maya yang belakangan ini tidak membuahkan hasil selain "apologi" bersilaturahmi di media sosial.

Semalam kemarin aku berhasil menutupkan mata sekitaran jam 4 subuh dan terbangun oleh deringan HP dari mama sekitaran jam 7 pagi yg mengabarkan dengan cinta tak pernah padam walaupun aku telah berkeluarga tentang kiriman obat yang dikirim beliau agar aku sehat.

Nada dering HPku seakan tak mau diajak kompromi, Mulai dari

24/11/12

Kebakaran Hutan

Hutan tidak pernah lepas dari berbagai gangguan, baik yang berasal dari manusia maupun dari alam itu sendiri, salah satu bentuk gangguan yang muncul adalah kebakaran hutan. Kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sangat besar dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini dapat terjadi karena sifat dari kebakaran yang cepat daya rusaknya dan sukar dipadamkan sehingga dalam waktu yang singkat kerusakan dapat mencakup areal yang luas. Sekitar lebih dari 30.000 Ha hutan terbakar setiap tahunnya (PHPA, 1994), kerugian yang terjadi karena kebakaran hutan tidak hanya terbatas dalam bentuk nilai rupiah karena hilangnya atau rusaknya kayu yang merupakan komoditi yang sangat berharga, akan tetapi yang juga sangat penting adalah rusaknya ekosistem yang ada. Selain oleh alam penyebab timbulnya kebakaran hutan pada umumnya berhubungan dengan kegiatan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja. Diperkirakan sekitar 90% kebakaran hutan terjadi akibat perbuatan manusia dan 105 oleh alam (Suratmo, 1985).

Selain dari kebakaran hutan secara langsung, kerusakan hutan atau tingkat penurunan dari kualitas lingkungan disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kegiatan pembukaan lahan dan hutan dengan cara pembakaran. Sejak zaman dahulu, kegiatan pembukaan lahan hutan untuk pertanian tradisional ataupun ladang berpindah dengan cara membakar sudah sering dilakukan. Dampak dari pembakaran ataupun kebakaran seperti ini umumnya rendah (tidak merugikan) sehingga

20/09/12

Bedah Novel State of Fear-nya Michael Crichton

Apakah sebuah buku yang menyatakan dirinya sebagai karya nonfiksi layak disandingkan, dan ditimbang dengan sama seriusnya dengan karya akademik (yang serius namun popular)? Menyandingkan novel State of Fear karya Michael Crichton dan The Weather Makers buah pemikiran Tim Flannery jelas punya persoalan yang demikian. 

Crichton: Tidak Ada Pemanasan Global! 
Crichton bagaimanapun adalah seorang penulis cerita fiksi, walaupun dalam setiap novel maupun naskah filmnya ia selalu menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir sebagai dasar cerita. Andromeda Strain meminjam berbagai fakta astronomi, Prey menggunakan berbagai perkembangan teknologi nano, Time Machine dan Sphere memanfaatkan teori relativitas khususnya mengenai perjalanan antarmasa. Namun, sepertinya dalam novelnya yang terakhir ini, ia tidak saja memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk menarik perhatian pembaca. Lebih jauh, ia juga sengaja

03/09/12

Untuk apa ada Taman Nasional?

Jauh sebelum masa kolonial, rakyat Indonesia telah mengenal konsep perlindungan bagi daerah-daerah hutan sebagai bagian dari budaya spiritual yang berlandaskan pada kepercayaan animisme. Istilah pohon keramat, hutan angker, dan hutan keramat merupakan peninggalan budaya masa lalu yang memiliki implikasi pada perlindungan hutan dan pohon tertentu. Berbagai hubungan antara manusia dengan alam atau komponen-komponen alam yang berkembang di masyarakat pada saat itu dilandaskan pada spiritualisme dan keyakinan bahwa berbagai komponen ekosistem merupakan bagian dari alam di mana tangan Tuhan bekerja untuk memberikan kerberkahan dan hukuman bagi manusia. Keyakinan tersebut, dalam berbagai hal juga mengatur pola hubungan manusia dengan alam dan cenderung menempatkan alam di atas manusia. Pada masa berkembangnya kerajaan Hindu, hubungan manusia dengan alam bergeser—walaupun alam masih diakui sebagai sumber kekuatan spiritiual—manusia harus mampu menaklukan. Bagi mereka yang berhasil menundukkan alam dan spirit yang ada didalamnya akan dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dan berhak untuk menguasainya. Setiap orang diharapkan untuk membudidayakan alam untuk mendapatkan nilai dan manfaat yang lebih tinggi. Pada masa itu, penguasaan khusus atas sumberdaya alam dimiliki oleh raja yang dipercaya sebagai titisan Dewa. 

Pada masa kolonial, gerakan perlindungan hutan yang didasarkan atas fakta ilmiah pada saat itu mencuat melalui

27/07/12

Tips Rahasia Memperbanyak Follower Twitter



Follow @viqarchu
Blogger dimanapun anda berada, mau diatas bumi kek, diantariksa, diatas perut atau di neraka. Dengan siapapun anda malam ini apa kabar? Apapun kabarnya gw disini semakin ganteng aja kok. Tenang aja, udah ada yang punya tentunya. Istri kesayangan yang jauh di mata beda jutaan ribu kilo meter. Akh... gw ngak akan curhat cuy.

Gw pikir-pikir kayanya blog gw monoton aja pada tulisan-tulisan formal konservasi dan hutan, kali ini gw pengen nulis tentang tips trik yang telah gw coba lakoni beberapa tahun sebelum gw keterima sebagai orang konservasi. Penelitian ini tentunya tidak dimotori atau dibiayai oleh pihak asing apalagi dalam negeri. Disini gw ingin menyampaikan kabar hasil penelitian gw melalui riset selama beberapa tahun ngetweet baik di laptop ataupun di HP gw. Penelitian ini murni lillahi taala mumpung sekarang bulan puasa dengan seruan utamanya "indahnya berbagi". Penelitian ini adalah hasil riset secara mendalam dengan mempertimbangkan aspek ilmiah, nurani, perasaan dan kemanusian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus jaman sekarang yang punya banyak followers itu kian didambakan oleh hampir 99,99 persen pengguna twitter, tanya kenapa? meneketehe, tanyakan saja kepada orang orang yang pengen punya banyak follower karena selain gw nga tau, bukan tugas dan fungsi gw tentunya. Tugas gw maen di hutan dan menjaga kelestarian hutan demi SELURUH umat manusia di muka

22/07/12

PEMBINAAN HABITAT SATWA LIAR DI KAWASAN KONSERVASI

Kelelawar di kaki Gunung Sakora
PEMBINAAN HABITAT SATWA LIAR DI KAWASAN KONSERVASI

 Disampaikan pada on the job training pengelolaan kawasan konservasi bagi staf fungsional Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, tanggal 26 – 30 Juli 2010 Oleh : Kepala Balai KSDA Jambi


PENDAHULUAN 
(1) Kawasan konservasi sebagai kawasan yang di dalamnya terkandung berbagai hidupan liar, dan ekosistemnya berperan sebagai penyangga kehidupan dengan potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai. 
(2) Potensi keanekaragaman hayati dan kawasan merupakan kebanggaan nasional sebagai kekayaan yang harus dijaga keberadaan dan kelestariannya sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa (pemerintah bersama masyarakat secara luas) maupun komunitas global (dunia internasional).
(3) Potensi keanekaragaman hayati : Indonesia dengan luas daratan yang hanya sekitar 1,3 % dari keseluruhan permukaan bumi. Kaya akan berbagai species hidupan liar dan berbagai tipe ekosistem, dengan tingkat endemitas tinggi. Kekayaan bumi Indonesia tersebut menurut World Conservation Monitoring Commitee (1994) mencakup 10% dari seluruh spesies Tumbuhan berbunga di dunia, 12% dari seluruh spesies Mamalia di dunia, 16% dari seluruh spesies Reptil dan Amphibi di dunia, 17 % dari seluruh spesies Burung di dunia dan 25 % dari seluruh spesies Ikan di dunia. Potensi sumber daya alam Indonesia saat ini tidak kurang dari : 25.000 jenis flora dan 400.000 jenis fauna. Jenis-jenis tersebut antara lain : 5.000 jenis anggrek, 500 jenis paku-pakuan, 1.539 jenis burung, 500 jenis mamalia, 10.000 jenis pohon, 2.500 jenis moluska, 214 jenis krustacea, 3.000 jenis ikan, 6 jenis penyu, 25 jenis Mamalia laut, Terumbu karang 450 jenis. 
(4) Potensi kawasan : Luas kawasan hutan yang mencakup sekitar 120, 35 juta hektar atau 62,6 % dari total luas daratan 192,16 juta hektar, yang terdiri atas hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi. Sedangkan kawasan konservasi yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah 519 unit dengan luas total 28,16 juta hektar dengan perincian 50 unit Taman Nasional seluas 16,38 juta hektar; 119 unit Taman Wisata alam seluas 1,06 juta hektar; 21 unit Taman Hutan raya seluas 343.454 hektar; 14 unit Taman Buru seluas 219.392 hektar; 237 unit Cagar Alam seluas 4,73 juta hektar dan 77 unit Suaka Margasatwa seluas 5,42 juta hektar.
(5) Pembinaan habitat merupakan kegiatan untuk memperbaiki keadaan habitat guna mempertahankan keberadaan atau menaikan kualitas tempat hidup satwa agar dapat hidup layak dan mampu berkembang. 

HUTAN SEBAGAI HABITAT SATWA
Satwa liar dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik hutan maupun bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman pertanian (sawah dan ladang), pekarangan, gua, padang

14/07/12

Kopi Galau

ber-kopi bareng masyarakat
Minum kopi atau ngopi, mungkin merupakan satu dari sekian banyak kata kerja dalam kamus bahasa Indonesia. Semua mendefenisikan aktivitas; dari negosiasi tukar pikiran, reuni dengan kawan lama, sampai bincang-bincang formal dikalangan menengah atas. Smua bisa dilakukan dengan ngopi

Ngopi juga tak mengenal status dan strata social di masyarakat kita. Kelas atas, menengah, punya duit bahkan sampai orang paling miskin pun pernah melakukan ritual ngopi. Dari warung kopi kelas atas yang berada di mall-mall gede sampai dipangkalan-pangkalan ojek. Tidak ada diskriminasi soal ngopi semua menikmatinya. 

Klo gw boleh menganologikan aktivitas minum kopi dengan kehidupan gw sehari-hari kayaknya paling pas deh, kadang kaya, kadang miskin sama halnya kadang pahit atau manis sebuah kopi yang terrseduh dari cangkirnya. Cangkir kopi itu adalah otak dan atau perasaanku. 

Seringkali kita menikmati kopi adalah lebih banyak pahit dibanding manisnya, lebih banyak ampas daripada kopinya. Jauh dari keluarga saat bertugas, seminggu doang bersama istri tercinta, harga-harga meroket naik tidak disertai kenaikan gaji, hutan rusak akibat pembalakan liar, banjir dan longsor dimana-mana hingga kualitas kita sebagai

13/07/12

Tulisan tak memiliki SIM


Sepagi ini buka laptop 13 Juli 2012 – 10.07 seperti biasa sambil dengen winamp diatas meja kerjaku.


Tiba-tiba nga tau dapat angin apa diriku “sepagi” ini harus buka laptop ditemani segelas kopi low acid dan merokok. Tidak seperti biasanya. Kopi sepagi ini dapat menyebabkan sakit maagku kambuh tapi kenapa aku bisa mencicipinya. Apa mungkin aku tak bisa menghindari yang namanya kopi. akh tidak penting…


Ditemani musik winamp dilaptopku sembari membuka media sosial yang aku punya serta membalas komentar-komentar mereka tentang tulisanku yang masuk di Majalah Konservasi Alam. Terima Kasih semuanya… Akhirnya tulisan perdanaku masuk disalah satu majalah besar dilingkup kemenhut. Semua anugrah dan kegembiraan tak terdefenisikan oleh orang lain. Aku sangat senang dengan hadirnya tulisanku. Awalnya aku tak pernah di hubungi tim redaksinya, aku mengetahuinya dari seorang teman (wedkita) yang kini udah dimutasi ke BKSDA Kalimantan Selatan kebetulan mengikuti diklat jurnalistik oleh PJLK2HL di Bogor. Alhamdulillah (lagi)

08/07/12

Hujan; Lalu aku merindukanmu, istriku…

Meja Kerjaku, 08 Juli 2012 jam 19.43 tertera di desktop laptopku

Malam ini entah mengapa aku benar-benar merindukan sosok istriku yang jauh disana. Puluhan ribu kilometer atau bahkan lebih mungkin jaraknya.

Istri yang hanya sesaat berada didekapku. Kataku dalam hati tanpa pernah mengeluarkan suara lantang ke penguasa diatasku “sungguh kejam negara ini, tega memisahkan kami yang baru seumur jagung nikah dan harus berpisah” tapi pelakku “ bukan, bukan negara yang kejam; ini adalah konsekuensi logis dari pilihan yang kami pilih. Dan kami harus siap dengan semuanya” logika sederhana baik positif maupun negative semisal “akh.. udah resign aja istriku, gaji gw masih cukup buat kita” selalu beradu di kepalaku ketika menunggu waktu SPT dengan berkhayal, nongrong dimeja kerja atau sekedar bercengkrama dengan teman-teman senasip didepan TV yang

Konservasi Alam dalam Kacamata Islam

Muqadimah 
Kawasan konservasi di SPTN Wilayah I
Alam dan lingkungan hidup tidak terpisahkan dari manusia. Dan peran manusia adalah sebagai sosok yang memakmurkan bumi termasuk memelihara alam dan lingkungan hidup. Secara ekonomis alam dan lingkungannya sangat berharga dan penting. Telah banyak dicatat kerugian yang diakibatkan kerusakan alam dan lingkungan, baik secara langsung seperti permbalakan liar (ilegal logging), maupun tidak langsung seperti sedimentasi di waduk ataupun bendungan yang membuat PLTA tidak beroperasi sehingga menurunkan daya listrik. Pada kondisi tertentu keadaan ini mengakibatkan pemadaman bergilir yang akhir-akhir ini sering terjadi. Dalam skala yang lebih luas, bumi terancam oleh pemanasan global dan efek rumah kaca yang dapat menenggelamkan pulau-pulau dan kota-kota tertententu di dunia. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh negara-negara di dunia. Dalam Konverensi Tingkat Tinggi tentang lingkungan hidup di Kyoto, Jepang beberapa kesepakatan telah dicapai untuk mengurangi emisi setiap negara. Namun, Amerika Serikat tidak ikut menandatangani perjanjian penurunan emisi tersebut. Sebuah arogansi yang untuk kesekian kalinya ditampakkan. Dalam khasanah ilmu pengetahuan barat, konservasi merupakan cabang dari ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal dari akar kata yang sama dengan ekonomi, yaitu oikos (rumah tangga). Sehingga ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, yaitu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan bendabenda mati disekitarnya. Dalam perspektif Islam, menjaga lingkungan hidup adalah kewajiban, yaitu sebagai salah satu kewajiban manusia sebagai

25/06/12

Dear Istriku Sayang...





Apa kabar sayang? bagaimana dengan hari mu jauh dari aku? seperti hari-hari biasanya saja,
sembari menunggu surat sakti dari penguasa direktorat ini.
Nasib memang tak selalu bersahabat dengan keinginan,
 layaknya kunang-kunang yang kadang tak lagi bersahabat dengan malam.
Aku hanya bisa bilang. Aku kangen pelukan dan diskusi hangatmu diatas ranjang sebelum kita tertidur pulas.
Istriku... Sungguh bukan mauku begini, tapi bayangkan berapa juta orang sepertiku malam ini.
Berapa banyak suami terpisah ribuan bahkan jutaan kilometer seperti kita untuk dikasihani.
Sungguh bukan mauku berteman rindu seperti ini sayang
Ingat Istriku... Saratus keinginan pasti harus ditebus dengan seribu bahkan jutaan pengorbanan, Adakah yang sia-sia? Sungguh bukan mauku seperti ini. Sungguh.....!!!!
Andai saja kau membacanya, janganlah bersedih. Tetap tegar untuk semua proses ini. 




18/06/12

Study Banding ke TN. Bali Barat coy

Lama tak menulis. Jangankan menulis, untuk menghubungi istri dan keluargaku saja 3 bulan terakhir bisa dikatakan berkurang, sok sibuk... Mungkin bisa dikatakan seperti itu akan tetapi memang beberapa bulan belakangan aktivitas tugas negara semakin membuatku mengindahkan urusan keluarga dan privasi itu sendiri. Aneh... Yah emang aneh, diriku sejak dilantik menjadi Kepala Resort di SPTN  Wilayah I sungguh meningkat tajam, misalnya saja pada bulan April tepatnya tanggal 21 April sampai 2 Mei 2012 aku ditugaskan ke Taman Nasional Bali Barat, Selanjutnya 3 Mei Taman Nasional Bukit 12 Jambi hingga 28 Mei di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan (Di Jambi bukannya jengukin istri cuy? Di Makassar bukannya di BDK Makassar cuy? Biar aja… tulisan tulisan gw biar keren dan sok menjelajah aja coy, maklum masih muda perlu eksis biar manis) awal mula perjalanan dinas yang mengesankan buatku. Selain bisa belajar banyak di Taman Nasional tersebut diriku tentunya bisa belajar dengan keunikan yang ada didalamnya. Baiklah... Aku akan bercerita tentang perjalanan-perjalanan yang aku lakukan 3 bulan terakhir. 
 
21 April - 26 April 2012 at Taman Nasional Bali Barat. 

Taman Nasional Bali Barat merupakan salah satu dari 5 Taman Nasional model di Indonesia yang bisa dijadikan percontohan, bagaimana tidak selain kondisi umurnya yang sudah hampir pensiun kalau dia adalah seorang PNS juga lokasi aksebilitasnya sangat mendukung baik dari Bayuwangi cuma dengan menumpangi kapal ferry seharga 5 ribu rupian atau gratis ketika menggunakan seragam PDH atau dari Denpasar itu sendiri dengan memakan waktu kurang lebih 3 jam nga membuat pantat anda tepos tentunya apalagi disepanjang perjalanan banyak view aneh diantaranya ritual agama Hindu dan sama skali tak menemukan mesjid. Bicara soal mesjid sepanjang perjalanan dari denpasar hingga Gilimanuk memang bener-bener tak ada, kami aja ketika ingin shalat magrib tak tau harus gimana yah terpaksa nyerahin diri dalam bus ketika itu. Tepat tanggal 21 April siang itu pesawat yang kami tumpangi berlandas di bandara Ngurah Rai, sesampai dibandara aku menghubungi seorang teman si Kadek BKSDA Bali untuk memohon petunjuk jalan mencapai Gilimanuk tempat kantor TN Bali Barat bersarang. Kami menyewa rental mobil yang didesain khusus karena memiliki rangka diatas seperti mobil-mobil adventure milik bli ke Gilimanuk seharga 500ribuan. Siang itu perut kami udah keroncongan dan disepanjang jalanan di Denpasar terpampang tulisan "menyediakan babi guling spesial dan renyah" sampai-sampai kata bli sopir yang membawa kami ke Gilimanuk nantinya bahwa babi guling itu merupakan makanan khas dan nikmat di Bali. Akhh akhirnya saat itu aku mengusulkan untuk makan di warung makan padang saja sebagaimana ketika aku di Manado dulunya. Pasti warung padang... Lumayan, total nominal yang dimakan tak semahal ketika di bandara hasanuddin  Makassar transit kami tadi pagi yang sekedar ngopi tertera dinota 400an ribu. Memang hanya orang-orang gilalah yang makan di Bandara kali yak? Mobil melaju kencang menuju arah barat dari kota denpasar, sepanjang perjalanan aneh saja banyak orang dan bule yang tak memakai baju berkeliaran layaknya film-film jaman purba atau film tarzan X dan jene di hidden folder laptopku, siang itu dengan kondisi ngantuk tapi mata aku takan ku biarkan tertutup sedetikpun untuk menikmati keindahan sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk. Banyak yang aneh aku saksikan, mulai dari setiap mobil yang melintas awalnya harus minta pemberkatan dulu di pura-pura yang tersedia banyak sampai dentuman ombak menjulang ke langgit yang kian tinggi atau sekedar menikmati tulisan "sedia babi guling" yang tak lazim seperti biasanya. Tapi dalam benakku inilah Bali coy... Ini Bali bukan Arab atau Aceh (kayak udaah pernah ke aceh aja lu dul) 

Sore kami nyampai. Gilimanuk.. Yah Gilimanuk... Banyak tulisan-tulisan terpampang "anda memasuki wilayah Taman Nasional Bali Barat" atau seruan-seruan konservasi misalnya "lestarikan hutan TN Bali Barat" "waspada api", "dilarang menebang" atau bla bla bla seperti anjuran pak menteri untuk melestarikan hutan indonesia. Oh ya?? Ya eyalah... Rental kami mendarat di Pondok Lestari saat itu, eh ternyata si pemilik pondok tersebut adalah orang Makassar tawwa,  na taunnya ini blo rental di?. Maka dengan sok akrabnya dan aku gunakan pendekatan kesukuan biar gratis nginepnya dan total pengeluaran negara yang seharusnya ada bisa diminimalisir masuk kantong pribadi heheheee.. Tapi ternyata tidak, harus tetap membayar; bodoh... Memang harus bayar, namanya juga hotel! Nga sampai buang kentut di Hotel Lestari Gilimanuk ternyata salah seorang staf Balai Taman Nasional Bali Barat dateng dengan mobil ford patroli polhut untuk menawarkan kami nginap di guest house milik TN BB mereka ternyata telah menyediakannya. Dalam pikiran aku saat itu "horeee... Akhirnya dapat yang gratis, berarti ntar duit SHU perjalanan dinas banyak donk" maka dengan

14/04/12

Dasar-Dasar Global Positioning System (GPS)

A. Pengertian 

Global Positioning System (GPS) adalah konstelasi dari 24 satelit NAVTAR (Navigation satellite Timing and Ranging) yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, semula untuk memenuhi kebutuhan militer dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu secara teliti dalam segala cuaca di daratan, lautan, dan udara. Dengan persetujuan US Congress, GPS kemudian dikembangkan untuk aplikasi non militer.Dalam sejarah perkembangannya, GPS merupakan proyek lanjutan dari sistem satelit TRANSIT atau satelit Doppler yang juga telah dikembangkan untuk aplikasi non militer. 

GPS sebagai suatu sistem terdiri dari tiga segmen utama, yakni space segmen, control segmen, dan user segmen. Space segmen merupakan subsistem yang berada di angkasa, terdiri dari 24 satelit (21 aktif dan 3 cadangan) yang mengorbit pada ketinggian 20.200 km dari permukaan bumi. Dua puluh empat satelit tersebut mengorbit dalam enam bidang orbit, masing-masing bidang orbit memuat empat satelit. Dengan kontelasi satelit seperti tersebut, sembaran tempat di muka bumi akan dapat mengamati sekurang-kurangnya empat satelit pada setiap saat. Control segmen merupakan otak dari GPS. Sistem satelit GPS dikendalikan dari Falcon Air Base di Colorado Spring, ColoradoUSA. Segmen ini juga dilengkapi dengan empat stasiun monitoring dan empat stasiun distribusi. Masing-masing satelit akan melewati satsiun monitoring dua kali sehari. User atau pengguna adalah semua pengguna yang memanfaatkan sinyal satelit GPS untuk navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan receiver GPS dan perangkat lunaknya. 

B. Sistem Kerja GPS 

Teknik penentuan posisi GPS adalah dengan mengetahui dan mengukur jarak dan posisi beberapa satelit terhadap seceiver GPS, sehingga dari interseksi sinyal beberapa satelit akan didapat posisi tepat GPS receiver di bumi. Pengukuran berdasarkan sinyal tiga satelit hanya akan mendapat posisi 2D, sedangkan untuk mendapatkan hasil posisi 3D yang akurat dibutuhkan hasil pengamatan minimal 4 sinyal satelit. Terdapat tiga metode untk penentuan posisi yaitu : 

1. Autonomous 
Mengumpulkan data posisi menggunakan receiver GPS tanpa melakukan koreksi. Banyak dilakukan oleh pemakai GPS tipe navigasi. Hasil akurasi yang diperoleh < 10 meter. 

2. Diferensial 
Proses pengukuran posisi menggunakan receiver GPS lebih dari satu, dengan salah satu receiver sebagai base stasiun. Data base satasiun selanjutnya dipergunakan untuk mengoreksi data receiver lainnya yang bergerak (rover). Metode ini memberikan akurasi centimeter hingga 5 meter. Sinyal yang digunakan mempunyai kode L 

3. Phase diferensial 
Teknik koreksi dengan menggunakan sinyal dengan kode P(Y) yang memberikan akurasi 10 cm – 30 cm. 

C. Sumber-Sumber Kesalahan GPS 

Akurasi posisi yang terekam oleh receiver GPS dipengaruhi oleh berbagai factor. Kontribusi gangguan dari masing-masing factor kesalahan tidak sama. Faktor terbesar yang (dulu) dianggap paling besar potensinya dalam mengurangi akurasi GPS adalah Selective Availability. Faktor lingkungan seperti karakteristik obyek dalam memantulkan sinyal turut meningkatkan kesalahan. Kesalahan dapat diminimalkan dengan memahami secara benar teknik setup GPS danteknik perekaman data di lapangan. Terdapat tiga factor utama yang berpotensi meningkatkan kesalahan GPS, yaitu : 

Explore to 3 Puncak Gunung Api


Pulau Ringgit, 10 April 2012 - 23.21 diposting melalui smartphoneku

Saat ini aku dilapangan, tepatnya di pulau ringgit atau julukan lain terhadap pulau una-una. Pulau yang terdapat gunung colo tersebut kini tanpa lampu dengan penghuni kurang lebih 200 kk. 

Kawah Gunung Colo
Kali ini kami berdua dengan mas wawan melaksanakan dua kegiatan yang dirangkum menjadi satu sudah begitu dengan dana oprasional memadai dari negara tentunya tapi sesuai intruksi dan perintahj kepala seksi kami cuma melaksanakannya berdua dengan alasan biar kami bisa memininalisir anggaran sehingga hasil akhirnya terdapat banyak sisa. Yah seperti itulah kondisi abdi negara seperti kami dalam melaksanakan perjalanan dinas. Ya Allah semoga apa yang aku beri ke istriku disana bersifat halal. Walaupun nuraniku teriak sepertinya aku sudah asik dengan "budaya" seperti ini tanpa merasa risih dengan sistem yang ada kendatipun saat-saat seperti ini aku harus turun langsung ke lapangan dibandingan dengan teman-teman kantor yang lain. Sok suci... Entahlah? 

Kemarin tepat tanggal 6 April aku dan mas wawan menaklukkan 3 gunung berapi di pulau ini. Yaitu gunung sakora, gunung ambi dan gunung colo. Luar biasa pengalaman yang kami dapatkan mulai dari perjalanan yang setealh aku perhatikan di alat GPS ternyata sejauh 17,97 km jalan kaki, menuruni tebing yang curam dibawah jurang secara penglihatan tertutup oleh daun pakis hingga hal-hal mistis dari gunung tersebut yang aku tak bisa jelaskan secara mendetail melalui coretan ini. Luar biasa pengalaman yang kami dapat yang berakhir pada rekor baru dalam perjalanan petualanganku menaklukkan tiga gunung dalam sehari penuh.

Perjalanan kami berawal dari dusun una-una stap dengan menggunakan kederaan bermotor berupa sepeda motor kami menelusuri pinggiran pantai layaknya pembalap trail dengan kondisi lumpur, melewati jembatan pohon kelapa dan naik turun bukit. Seruu... Sesampai disungai besar sepeda motor kami tak mampu melanjutkan perjalanan yang memaksa kami dan tim terdiri dari mas wawan, si feri (pamhut) dan raden (penunjuk jalan) harus berjalan kaki. 

Perjalanan kami dimulai dengan menelusuri sungai besar. Subhannallah... Maha besar Allah... Luar biasa alam... Dan begitu kecilnya manusia ketika itu dalam benakku. Bekas letusan gunung Colo tahun 1983 masih saja meninggalkan bekas mulai dari tekstur tanah hingga ketinggian tebing serta kedalaman jurang yang kami tempuh membuat kesimpulan dikepalaku bahwa manusia sungguh tak berdaya. Yaa... Kami kecil!
Sesampai dipuncak hal paling menegangkan selama pengembaraanku menelusuri gunung adalah ketika kami harus melewati tebing yang dibawah jurang tetapi untungnya secara psikologis tak membuat kami takut karena tertutup oleh semak pakis-pakisan yang menghalangi dasar jurang. Ketika itu kami melintasi tebing tanpa alat sedikitpun, hanya mengandalkan keterampilan sebagai manusia biasa yang minim pengalaman. Sampai-sampai ketika itu aku dan mas wawan gemeteran saking gugupnya harus melintasi tebing itu. Setelah kami sanggup melalui tebing, kami pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan beberapa meter kedepan dan kami harus menuruni jurang dengan ketinggian kurang lebih cuma 10 meter. Aku sebagai ketua tim langsung memutuskan untuk beristirahat sebentar berhubung perut kami sudah keroncongan makanya harus makan dengan bekal yang kami bawa. Makanan pada saat itu setiap orang tidak memakannya sampai habis tetapi disisakan sedikit untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yaitu harus bermalam di gunung itu.

Si Feri pamhut kami yang "masih" rajin karena baru saja diangkat sebagai "honorer" di Taman Nasional mengambil inisiatif menebang kayu besar untuk dijadikan tangga menuruni jurang tersebut. Dan idenya ternyata cemerlang. Ketika itu layaknya seorang peserta diklat polhut di Lido kami melakukan gaya "flaying fox" bukan menggunakan tali tapi kali ini menggunakan kayu yang berujung pada kemaluan aku yang sakit karena gesekan. Akhirnya kami berhasil menuruni jurang tersebut dengan kemiringan 90 derajat. Perjalananpun dilanjutkan dan beberapa meter kedepan kami mendapatkan jurang yang lebih curam lagi hingga memutuskan kami untuk kembali dan berbalik arah.

Sementara kondisi kami yang mulai "drop" kami harus menemukan jalan keluar dari puncak gunung ambu tersebut. Kami menenangkan diri tepat dipuncak gunung yang dimana kiri kanan kami adalah jurang. Tempat kami berisitirahat adalah puncak, dengan lebar jalan setelapak kaki kami hingga bergerak sedikit menyebabkan kami jatuh mengelinding ibarat bola, sudah seperti itu semutpun mengerumuni kaki kaki kami. Luar biasa...
Menghabiskan rokok beberapa batang kamipun melanjutkan perjalanan hingga mendapatkan jalan keluar yang lumayan terjal saat itu sendal gunung yang aku gunakan putus memaksaku jalan dengan kaki tidak normal. Dalam benakku saat itu menyerah karena kondisi alam dan kondisi badan yang sudah tidak stabil, kepala semakin pusing mungkin karena kekurangan oksigen dan kaki yang sudah lecet. Sama seperti mas wawan. Ingin menyerah saja. Dengan terpingkal pingkal akhirnya kami bisa turun dan mendapatkan sungai dibawah, saat itu terjadi penyesalan karena kami salah arah. Danau gunung colo ternyata berada dikaki gunung sebelah. Semakin droplah kami semua. Sudah hampir sore, aku memutuskan agar tim pulang karena berhubung perlengkapan kami kurang memadai untuk melakukan pendakian malam. Sesampai ditepi sungai kami balik arah pulang dan sekitar jam 6 sore kami tiba dititik koordinat awal tempat dimana motor kami diparkir. Sungguh luar biasa....

Besok pagi kami berencana pulang ke Wakai dengan menumpang kapal penumpang pukul 7 hari rabu 11 April 2012. Ditemani suara ombak terdengar disini, dilantai 2 penginapan masyarakat yang kami tinggali membuat sebenarnya seseorang bisa tidur lelap dengan kondisi badan yang pegal-pegal karena pendakian kemarin tetapi tidak pada diriku. Aku hanya menginggat istriku yang jauh di Sumatera sana sembari membuat tulisan ini di smartphone yang aku miliki tanpa sinyal sedikitpun. Aku merindukannya dari Pulau ini. Una-una Island... Pulau yang kaya dengan hasil alamnya.

07/03/12

Konservasi Tradisional ala Masyarakat Dayak

Praktik konservasi tradisional tentu saja tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan asli masyarakat sekitar hutan karena berdasarkan pengetahuan asli itulah masyarakat mempraktekkan kaidah-kaidah konservasi. Hingga saat ini istilah konservasi tradisional belum banyak diuraikan secara jelas, Meskipun telah lama menjadi obyek studi antropologi. 

Konservasi tradisional pada dasarnya merupakan suatu sistem pengetahuan yang diperoleh dari interaksi manusia dengan lingkungan serta seluruh aspek kebudayaan. Sistem ini merupakan rangkaian pengalaman manusia, termaksud bahasa, sejarah, seni, politik, ekonomi, administrasi, psikologi serta aspek-aspek teknis lainnya seperti perikanan, pertanian, kesehatan, pengelolaan sumberdaya alam dan sebagainya. Sistem ini menjadi basis untuk pengambilan keputusan dan menjadi substansi pendidikan pada masyarakat tradisional. 

Sistem ini sama sekali tidak serius, seperti anggapan banyak orang. Sistem ini berkembang terus menenrus akibat interaksi dengan sistem-sistem pengetahuan dari luar, dan kemudian membentuk sebuah keseimbangan baru yang diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya, termaksud teknologi dari luar. 

Dengan demikian konservasi tradisional meliputi semua upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat tradisional baik secara langsung ataupun tidak langsung, telah mempraktikkan kaidah-kaidah konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam guna kelestarian pemanfaatannya. Praktik-praktik tersebut umumnya merupakan warisan nenek moyang mereka, yang bersumber dari pengalaman hidup yang selaras dengan alam. Praktik-praktik pengelolaan sumberdaya alam oleh masyarakat tradisonal yang memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian tersebut kemudian dikenal sebagai kearifan lokal setempat. 

Konservasi dan kearifan lokal selama ini selalu mendeskreditkan masyarakat tradisional, masyarakat seakan dikambing hitamkan sebagai penyebab kerusakan hutan. Contoh yang paling jelas adalah program pemukiman kemabali (resettlement) suku-suku terasing yang kini telah dihentikan. Kegagalan proyek ini di Kalimantan banyak disebabkan karena ketidakmampuan menilai fungsi social-ekonomi dari rumah betang (rumah panjang tradisional suku dayak) yang ternyata erat kaitannya dengan sistem pengelolaan ladang dan sistem pembagian kerja yang disebut beruduk atau besaup. Sistem ini setiap kelompok kerja antar keluaga dipehitungkan secara cermat. Kerja-kerja kelompok juga dilakukan untuk mengantisipasi resiko dari kegagalan panen. Apabila ada disatu keluarga dalam satu rumah panjang tradisional mengalami kegagalan panen maka keluarga lain siap membantu.


| Konservasi Alam, 2011 |

26/02/12

Papa dan Pernikahan

Cinta.... Apa Kabarmu? Sekedar menyelipkan pesan itu kepada otak dan segala bentuk diriku. Kali ini Aku mencoba bebas dan lepas tanpa harus memperhatikan kaidah-kaidah kepenulisan "hutan" dan tetekbengeknya; aku ingin bebas menulis dan bercerita tentang pengalaman beberapa bulan terkahir didunia nyata dan mempublikasikan (walau risih) didunia maya. walau  komitmen awalku tidak akan bercerita banyak tentang diriku dalam sosial network semacam blog dan sebagainya. 

Awal Tahun 2012 kami sekeluarga dikejutkan oleh "lemparan Tuhan" kepada hambanya dengan meninggalnya almarhum papa tepat di tanggal 11 bulan Januari 2012 tepat pukul 05.07 Wita. Sungguh dan sungguh menyedihkan untuk bocah sepertiku. Beban tanggungjawab akan semakin melimpah dipundakku sebagai anak putra tunggal pertama dikeluargaku. Semua menjadi beban dan titipan papa kepadaku. akh.... entah  aturan mana norma itu berlaku.

Jujur sebenarnya aku tak ingin lagi hanyut dan bersedih atau sekedar mengingatkan kembali kejadian pagi itu, tapi apalah artinya sebuah cerita penting dalam hidup jika tak dikekalkan melalui tulisan. Cuma itu cara yang bisa ku tempuh, walau entah itu benar atau salah yang bukan urusanku, biarkan aku berekspresi, biarkan aku menulis dan mengukir nama papa di page ini agar semua orang tau walaupun tanpa dituliskan seperti ini cerita tentang akhir hidup papa akan selalu bersemayam di otak ini sampai kapanpun itu. Iya… bakal selamanya ada di ingatanku. Tentang papa… - Almarhum Andi Burhan Andi Azis- 

Seolah olah kejadian itu sangat cepat tanpa aku sadari, tepat setelah Magrib malam Rabu (10-01-12) papa mengeluh kesakitan pada bagian kepala. Sangat sakit katanya, dengan langkah secepat kilat mama menghampiri papa yang terbaring di ranjang kamarnya untuk sekedar memijit kepala papa yang sakit itu, di susul adik-adik aku –tiwi dan nina- mereka secara bergantian merawat papa dan Alhamdulillah aku ketika kejadian itu masih berada dikampung halaman ini setelah melayat seorang paman yang meninggal 10 hari sebelumnya

Sungguh menyesal tak bisa memberikan apa-apa kepadanya walau saat itu terdapat apa-apa didompetku. Pikirku pernikahan.... hanya itu. :(

*ku tak mampu menuliskan semua penyesalanku... hingga ku tak mampu menulis lagi*

03/02/12

Tips Memasuki Hutan

Berekspresi dalam hutan

Berkegiatan alam bebas, utamanya para penyuka pendakian gunung ataupun hiking, pasti akan mudah sekali memasuki kawasan hutan, karena itu adalah bagian dari alam bebas yang harus di temui. Banyak dari para petualang yang tersesat ataupun mengalami hal- hal yang tak diinginkan saat telah berada di dalam hutan, seperti tersesat ataupun terkena aneka penyakit yang disebabkan oleh "penunggu dan penjaga" hutan. Berikut ini tips sebelum memasuki hutan, semoga bermanfaat. 

Hutan, baik geografis atau tipologis, memiliki keadaan dan tantangan lingkungan berbeda. Keadaan alam liarnya menjadi daya tarik para penikmat alam. Bagaimanapun alasannya, kehidupan di alam bebas memiliki berbagai kemungkinan dan keadaan tidak menentu. Mulai dari kondisi tanah, cuaca, hewan, tumbuhan, air terbatas, terutama kemampuan adaptasi manusia. Pengetahuan keadaan tak menentu ketika berada di alam bebas, disebut jungle survival , sangat dibutuhkan para petualang walau sekadar menyalurkan hobi. Kemampuan diri sangat menunjang keselamatan, sekaligus agar wisata alam liar kita berjalan baik. 


1. Siapkan perbekalan sesuai kebutuhan. Rencanakan kegiatan dan ikuti prosedur yang berlaku. Tetap berkelompok, jangan mengasingkan diri. 

2. Siapkan sikap dan mental. Jangan mudah panik, disiplin, berpikir jernih, dan optimis agar selalu waspada dan membuat keputusan dengan tenang. Siapkan keyakinan dan kepercayaan diri. Miliki kemampuan

05/01/12

Monyet Karimunjawa (Macaca fascicularis karimoenjdawae) di Taman Nasional Karimunjawa (TNKj)

Pagi itu, jarum jam sudah menunjuk angka enam. Sedikit bergegas, kami mulai berkemas: kamera, baterai cadangan, binokuler dan sebotol air sudah memenuhi ransel. Berjalan kaki selama hampir 45 menit, menyusuri pantai timur Pulau Karimunjawa, sampailah kami di sebuah teluk. Deretan hutan mangrove menjadi penanda perjalanan kami akan berakhir. Hembusan angin musim timur mengiringi langkah kami ke Dusun Legon Lele. 

Dari jauh nampak segerombolan monyet turun dari pohon kelapa, beberapa masih bersembunyi, seperti barisan tentara mengintai lawan. “Krra, krra, krra, krra!” Suara dari Macaca itu untuk mendeteksi keberadaan kelompoknya. Kehadiran kami bukan ancaman bagi mereka. Sambutan yang menggembirakan, bisik kami dalam hati. Di hadapan kami, Macaca fascicularis karimondjawae, berjarak hanya 300 meter dari tempat kami berdiri. Perlahan, kami menyiapkan kursi lipat hitam, binokuler dan tripod menjadi alat bantu mengamati satu-satunya primate penghuni pulau ini. 

Satwa yang sedang menyantap buah kelapa itu satu dari empat subspesies yang hidup di pulau-pulau kecil di Indonesia. Tiga lainnya: Macaca fascicularis fuscus hidup di Pulau Simeulue, Sumatera; Macaca fascicularis lasiae di Pulau Lasia, Sumatera; dan Macaca fascicularis tua di Pulau Maratua, Kalimantan. Macaca fascicularis, monyet! asli! Asia Tenggara, tersebar di berbagai tempat di Asia: Semenanjung Myanmar, Thailand, Malaysia, Indocina bagian selatan, Filipina, Sumatera, Jawa dan Kalimantan. 

 Monyet ini termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Macaca secara umum masih aman, bukan termasuk satwa yang dilindungi. Namun, lantaran perburuan yang terus terjadi, pemanfaatan Macaca fascicularis diatur dalam keputusan Menteri Kehutanan No. 26/1994. Monyet jantan memiliki panjang tubuh antara 385-648 mm dengan berat 3,5 – 8 kg, sedangkan betina 400-655 mm dengan berat 3 kg. Warna tubuh bervariasi: mulai dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan bagian ventral berwarna putih. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. 

Anak Macaca yang baru lahir berambut kehitaman. Ekor yang melebihi panjang tubuh bermanfaat bagi monyet ekor panjang untuk menjaga keseimbangan saat beraktivitas di cabang kecil. Ciri khas monyet ras karimondjawae terdapat pada bagian atas kepala yang nampak seperti jambul. Pulau Karimunjawa, dengan ketinggian 506 meter di atas permukaan laut, menjadi habitat yang sesuai bagi primata ini. Hutan sekunder dengan tanaman Uyah-uyahan (Chionanthus rami!orus), Jambon lapis (Sizygium pycnatum), Jambon pletik (Sizygium syzygioedes) menjadi sumber pakan bagi monyet pemakan segala (omnivora) ini. Komposisi pakan monyet: 60 persen buah-buahan, dan selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi.

Monyet ekor panjang terkadang turun sampai ke formasi mangrove yang berbatasan langsung dengan hutan hujan tropis di Taman Nasional Karimunjawa. Selain di Legon Lele, penduduk sekitar kawasan sering menjumpai si monyet di Kemloko, Legon Boyo, Cikmas, dan Nyamplungan. Sebaran satwa yang masih berkerabat dengan beruk mentawai dan monyet hitam sulawesi ini dapat juga dijumpai pada formasi mangrove di Legon Jelamun, Pulau Kemujan. Monyet yang hidup di daerah bakau terkadang memakan kepiting atau jenis moluska lain. Tak mengherankan, beberapa peneliti menyebutnya dengan macaca pemakan kepiting—crabs eating macaque. Primata ini hidup berkelompok dengan jumlah individu berbeda di setiap kelompok. Pada hutan bakau umumnya berjumlah 10-20, sedangkan pada hutan primer bisa mencapai 20 – 30 ekor. Di Karimunjawa lebih sering dijumpai kelompok kecil, 10 – 20 ekor. Besar kecilnya kelompok tergantung pada ada tidaknya sumber pakan yang tersedia di alam. Penggabungan kelompok dapat terjadi bila jumlah pakan yang tersedia lebih dari cukup. Perkiraan populasi monyet ekor panjang dalam kawasan dengan luas 1.285,5 hektare ini mencapai 267 ekor. Monyet ekor panjang dapat bertahan hidup selama 37 tahun dengan masa hamil antara 160-170 hari.