Pagi itu, jarum jam menunjukkan
angka 4 pagi. Matahari masih berselimut dalam kedinginan angin laut dan suara gemuruh
ombak dilaut yang seakan berkejaran agar tercepat sampai di pantai. Kapal harus
berangkat saat ini, ini merupakan musim pancaroba dimana alam tak ingin
bersahabat dengan para pencari kehidupan di laut. Biasanya ombak dan gelombang
di ketiak Pulau Sulawesi akan berhenti ketika imlek menurut pengalaman umumnya
masyarakat. Imlek dan ombak pikirku filosofinya adalah perayaan yang
diperingati oleh saudara-saudara kita dari tiongkhoa ini setahu saya legendanya
adalah ketika seorang raksasa mengamuk dan mereka memberikannya makanan agar
raksasa tersebut tidak marah dan ngamuk
lagi. Sepertinya halnya alam, awal tahun seperti kali ini mungkin dimaknai sebagai
hari istirahatnya alam agar kembali fit lagi untuk dieksploitasi manusia.
Sepagi itu kapal penumpang umum
yang ku tumpangi bergerak menuju sebuah pulau dengan tujuan pengambilan data kerusakan
kawasan taman nasional. Seorang diri masuk ke kawasan yang notabene harus
dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa alat keselamatan dan
tetekbengeknya agar kegiatan kali ini berjalan lancar.
Sesampai di kawasan, menyusuri
lorong hutan yang sempit karena kerapatan liana dan duri-duri rotan yang
menjalar dikiri-kanan seakan memperingati penjemputan kedatanganku. Jika kalau
di pejabat atau orang terkenal akan berkunjung disuatu wilayah, riuh gemuruh
penyambutan serta kibaran bendera dan disontaki teriakan histeris pendukung
akupun tak ingin kalah dengan mereka itu. Riuh gemuruh teriakan berupa angin
darat yang berhembus serta duri-duri dan
liana hutan sebagai kibaran bendera untuk kedatanganku kali ini.
Bukannya karena tidak ada tim,
tapi kami harus dipencar agar target dan data yang diinginkan dapat tercapai. Kami
harus berpencar. Instruksi kepala SPTN Wilayah tegasnya.
Wifi perdana Balai