11/04/06

AGAMA dan SAINS

Keberadaan kita di muka bumi ini menjadi sangat strategis ketika pertanyaan-pertanyaan lucu seperti apa itu agama dan apa itu sains yang mengusik gelak keseharian kita tuk mulai mencari jawaban.
Agama dan sains dinyatakan berkonflik sejak revolusi ilmiah oleh Copernicus, Kapler, dan Galileo. Copernicus memporak-porandakan pemahaman geosentris menjadi helisentris, Kepler menerangkan lebih lanjut lintasan planet-planet mengelilingi matahari, Galileo melengkapkannya dengan teleskop hingga otoritas gereja sendiripun membuktikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa bumi itu bulat. Apa yang tersisa dari agama untuk mempertahankan diri dalam pergulatannya dengan sains saat itu?
Masyarakat yang dikuasai oleh otoritas gereja saat itu mulai mempertanyakan kebenaran sebuah institusi gereja, yang akhirnya sekularisasi terjadi sebagai bentuk tata baru kehidupan masyarakat, memisahkan wilayah sains dan wilayah agama. Sains menjadi lidah pembenar sedangkan agama hanya menjadi penutur moral, ritual dan semacamnya.
Sebelum lebih jauh, ada baiknya kita mengenali terlebih dahulu apa itu sains dan apa agama, agar presepsi kita tentang keduanya menjadi sama dan tidak simpang siur.
Sains menurut kamus Webster`s New Word Dictionary, kata "science" berasal dari bahasa latin "scire" yang berarti mengetahui. Secara bahasa, sains pada awal berarti data atau keadaan mengetahui, dan sering diambil dalam pengertian pengetahuan (Knowladge) yang dikontraskan dengan intuisi atau kepercayaan. Perkembangan maknanya kemudian menjadi pengetahuan sistematis yang bersumber dari observasi, kajian, dan analisis yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau prinsip dari apa yang dikaji. Pengertian ini didasarkan pada nalar yang digunakan dalam memahami realitas yaitu nalar indrawi. Sedangkan agama menggunakan nalar wahyu sehingga untuk sampai kesana membutuhkan keimanan murni. Ketika sains berusaha menjelaskan data obyektif, umum dan berulang; agama berbicara masalah eksistensi tatanan dan keindahan dunia dan pengalaman seseorang seperti pengampunan, makna, kepercayaan, keselamatan. Ketika sains mempersoalkan pertanyaan obyektif "bagaimana:, agama mempersoalkan pertanyaan "kenapa" dalam pengertian tujuan, asal utama dan nasib. Ketika sains berorientasi pada koherensi logisitas dengan eksperimental, agama menyandarkan dirinya pada otoritas tuhan atau wahyu, ketika sains membuat prediksi secara komulatif maka agama menggunakan bahasa simbolik dan analogis.
Ketika Kawan-kawan mempertanyakan mengapa orang bisa hidup, mengapa bibit bisa tumbuh, mengapa ada gaya grafitasi? maka jawaban kita akan memunculkan peranan Tuhan didalamnya, sama ketika Newton ditanya apa sebab ada gaya grafitasi? ia menjawab itulah peran Tuhan. Tuhan muncul ketika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh manusia (Tuhan dalam ketidaktahuan manusia). Tuhan akan menjadi bulan-bulanan sains dan ruang untuk-Nya semakin sempit. Tetapi Laplace tetap konsisten dengan kaidah sainsnya bahwa tidak akan ada sedikitpun hipotesis tentang Tuhan dalam sains.
Tetapi mengapa ada saintis yang beragama, boleh jadi disebabkan karena pemahaman pada prinsip keduanya tidak tuntas. Prinsip sains tidak diketahuinya atau prinsip agama yang tidak diketahuinya, atau boleh jadi...? banyak hal yang kita tidak ketahui.
Untuk menjawab hal itu semua maka perlu kajian khusus dengan pisau analisi yang kita gunakan adalah akal dan agama.
Ini cuma sedikit dari banyaknya konsep yang saya ketahui dan berdasarkan refensi dari bahan bacaan serta diskusi dengan kawan-kawan di HMI yang masih gigih memperjuangkan idealismenya sampai saat ini. ada yang mau komentar? ....

Tidak ada komentar: