Saya mulai tertarik dengan dunia
kepenulisan sejak mengikuti workshop kepenulisan yang di adakan oleh komunitas Café
De Kosta. Kemudian saya banyak mengikuti milis-milis kepenulisan, di
antaranya milis Penulis Bestseller. Apa saja
yang saya posting di sana?
Selain puisi dan cerpen, saya juga mengirim opini atau artikel-artikel, bahkan
sekedar tanggapan dengan topik yang menarik untuk dibahas. Dari mana saya
mendapatkan bahan-bahan itu? Apakah dari membaca buku, majalah, koran, dan
situs internet?
Membaca merupakan
semacam bekal untuk mengisi pikiran kita. Membaca sangat membantu saya. Akan
tetapi jika saya berusaha memasukkan gagasan-gagasan dari buku, opini di
majalah, koran ataupun dari situs internet ke dalam pikiran saya, kemudian
meneruskan kepada orang lain, pasti akan ada yang kurang bebas dalam tulisan
saya. Rekan-rekan yang membaca tulisan saya mungkin tidak begitu tahu
ketidakberesannya, tapi bagaimanapun juga mereka tidak mungkin akan tertarik
untuk membacanya.
Di sini ada
sesuatu yang telah saya alami ketika pertama kalinya saya belajar menanggapi
suatu artikel di situs bergengsi Pembelajar.com yang ditulis oleh seorang
penulis terkenal Jennie S. Bev saya membaca dan mencernanya. Ketika saya
menuliskannya dengan harapan dibaca orang, saya tidak menceritakannya kembali,
tetapi yang saya tulis adalah apa yang saya cerna dari artikel tersebut, dan
apa yang ingin dan coba saya katakan.
Sekali lagi, apa
yang ingin dan coba saya katakan. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang
menjadi pendapat saya. Jadi tulisan saya tersebut bukan berisi pendapat orang
lain yang saya teruskan kepada orang lain lagi. Tetapi saya memberikan pribadi,
gagasan-gagasan, dan pemikiran-pemikiran saya berdasarkan topik tersebut.
Sebelumnya saya
sering menjumpai tulisan-tulisan yang di-posting
di milis-milis adalah berisi tentang opini orang lain yang diteruskan oleh
seseorang pada kami –para anggota milis. Jika orang yang bersangkutan ingin
mulai menulis, hendaknya dia memberi opini atau pendapatnya sendiri dengan
topik yang disukai atau dikuasainya.
Saya tertarik
untuk membacanya, yang jelas saya ingin mendengarnya bicara, gagasan-gagasannya
serta pemikiran-pemikirannya dan lain-lain. Tidak peduli siapa dia maupun latar
belakangnya. Saya membaca artikel itu, mempelajari dan bertanya pada diri
sendiri, apakah saya setuju atau tidak dengan pendapat penulis tersebut. Jika
setuju saya harus menerangkan dan menjelaskan gagasan-gagasannya dengan
peristiwa-peristiwa yang saya alami sendiri. Tetapi jika saya tidak setuju
dengan artikel itu, maka saya harus mengatakan dan menerangkan apa sebabnya
demikian.
Demikianlah, saya
bisa menulis artikel tanggapan dengan pengalaman saya sendiri sebagai abdi negara antah berantah. Jadi jika saya menulis seolah-olah merupakan hasil ciptaan saya
sendiri. Tetapi yang lebih menyemangati saya dalam menulis adalah sedikit
perlawanan dari pendapat-pendapat yang ada. Kita kerap kali, akan menulis jauh
lebih lancar, justru jika kita tidak setuju atau tidak begitu setuju dengan pemikiran
penulis suatu artikel atau opini tertentu yang kita jumpai.
Apakah menulis
itu sama dengan mengumpulkan beberapa kalimat yang bagus-bagus kemudian ditulis
dan ditulis? Tidak. Menulis berarti mengumpulkan gagasan-gagasan dan
pikiran-pikiran sendiri, ajakan-ajakan sendiri dan keyakinan-keyakinan sendiri,
dengan topik yang bertebaran di sekitar kita. Menulis berarti berpikir,
merenung dan mengingat-ingat.
Saya sangat
setuju dengan apa yang dikatakan oleh mentor saya Edy Zaqeus. Bahwa jika
tiba-tiba terbersit gagasan-gagasan di benak kita, hendaknya kita segera
menuliskannya di kertas sebelum ide-ide itu hilang. Dikumpulkan untuk kemudian
dirangkai secara urut dan utuh. Jangan ditunda-tunda. Jika menemukan ide atau
gagasan, baiknya kita selalu perhatikan serta merenungkan gagasan tersebut
sehingga makin lama makin berkembang. Itulah cara sebaik-baiknya untuk melatih
kerja otak kita.
Sejak bergabung
di milis-milis kepenulisan, saya lebih suka memperbincangkan suatu hal yang
menarik perhatian saya, dengan menceritakannya secara singkat. Untuk menarik
perhatian yang paling baik adalah bermula dari topik-topik yang ditulis
pendek-pendek dulu. Biasanya ini yang paling mengasyikkan. Karena rekan-rekan
mula-mula justru senang membaca yang singkat-singkat itu dan mereka pun
tertarik untuk mendiskusikannya. Ini pertama kali proses pembelajaran saya
dalam berpikir dan mengembangkan gagasan-gagasan.
Mungkin Anda
bertanya-tanya apakah kebanyakan orang berani berpendapat karena mereka itu
mempunyai rasa percaya kepada diri sendiri yang sangat kuat? Apakah karena
mereka tahu apa yang hendak dikatakan, tahu bagaimana bersikap? Tentu saja.
Untuk itu rasa percaya kepada diri sendiri merupakan hal pertama yang telah
kita bahas di depan.
Masalahnya
sekarang adalah tidak mudah mencari, memilih, menyusun, dan mengolah semua
bahan-bahan itu ke dalam tulisan. Saya pun demikian sebagai pemula sebagaimana
yang dikatakan oleh penulis Naning Pranoto bahwa seorang pemula sebaiknya
menulis dulu pengalaman-pengalaman yang dialaminya (baca wawancara dengan
Naning Pranoto di www.pembelajar.com).
Maka saya pun
mematuhi nasehat itu. Saya menceritakan tentang pengalaman-pengalaman saya
sendiri, keinginan-keinginan saya, tentang kesukaran dan kegagalan serta
tentang keberhasilan saya. Saya menggagas, mengajak berdasarkan keyakinan saya
sendiri. Bagaimanapun hal yang mengasyikkan banyak orang adalah tentang
mempelajari kehidupan terutama tentang orang-orang dan pribadi-pribadi.
Pengalaman
sendiri atau hal-hal yang pernah dialami dan disaksikan sendiri, mudah diingat
dan direnungkan. Ingatan-ingatan itu lebih mudah untuk dipahami daripada
pendapat-pendapat yang abstrak. Dan tentu saja akan lebih mudah ditulis dan
diceritakan. Tetapi untuk menunjang itu semua kita harus banyak membaca.
Terutama buku-buku atau literatur-literatur yang menunjang tema atau topik yang
sedang kita bahas. Buku merupakan oli dalam mesin pemikiran kita.
Hal ini sangat
penting dilakukan. Ibarat barang atau produk, kita harus tahu betul secara
detil A-Z tentang barang atau produk kita. Karena ini akan menjadikan kita
sedemikian positip dan kita juga akan merasa sedemikian kuat sehingga
pelanggan-pelanggan kita yang meremehkan produk kita, tidak akan menggoncangkan
pendirian kita. Karena kita tahu betul, bahwa ia tak sebegitu banyak
pengetahuannya seperti pengetahuan kita tentang produk tersebut. Sehingga tak
ada orang lain yang mengalahkan kita.
Ketika saya ke
Jakarta untuk menghadiri beberapa acara di sana, saya ditemui oleh beberapa
perusahaan, di antaranya adalah perusahaan asuransi. Mereka begitu sangat
percaya diri dengan produk-produk mereka. Karena mereka tahu betul seluk beluk
tentang produk-produknya. Meski saya banyak bertanya terkadang menyudutkan
mereka, tetapi mereka dengan tenangnya memberi informasi-informasi tentang
produk-produk tersebut.
Mereka terus saja
berbicara, tak peduli dengan apakah saya mengerti atau tidak apa yang mereka
maksudkan. Mereka tahu betul bahwa pengetahuan saya tentang produk-produk
mereka tak sebaik mereka. Hal ini memang benar. Apa jadinya jika mereka tidak
mau atau enggan mempelajari produk-produk mereka. Tentu mereka tidak akan
sedemikian percaya diri.
Demikian juga
dengan menulis, kita harus tahu betul masalah atau topik yang akan kita bahas.
Kita harus banyak membaca literatur-literatur tentang topik-topik tersebut.
Maka kita akan menjadi percaya diri dan siap jika orang lain mendebat pendapat
kita. Jika kita mengumpulkan bahan-bahan sepuluh kali dari apa yang kita
perlukan dan mendalami dengan baik masalahnya dulu, maka kita akan menulis
dengan rasa pasti. Dan kita bisa menulis dengan jelas serta meyakinkan, karena
kita mengetahui sepuluh kali lebih banyak daripada yang dikemukakan.
Mungkin kita
tidak punya waktu untuk melakukan itu. Kita mungkin terlalu sibuk dengan
pekerjaan dan keseharian kita. Apalagi ketika itu saya yang sebagai pegawai negeri antah berantah hampir tidak mempunyai waktu luang kecuali beberapa saat dalam
sehari. Jika begini kondisinya, maka tidak ada cara lain yang lebih efektif,
selain berlatih berpikir sambil menulis dan belajar berpikir sambil ikut dalam
diskusi di suatu milis yang diikuti seperti saya dahulu.
Nah, menulis
begitu mudah, bukan? Sebaiknya jika terlintas gagasan atau ide bahkan ketika
sedang duduk, mandi, atau makan segera ditulis dan dikumpulkan dalam suatu
amplop besar atau map besar. Untuk kemudian ditulis dan disusun menjadi satu
kesatuan yang utuh. Jangan menangguhkannya lagi. Ada baiknya membiasakan diri
melakukan hal ini di suatu hari tertentu, hari Minggu misalnya.
Bagaimanapun akan
mudah melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan kita. Apa yang menjadi
kebiasaan kita, biasanya akan menjadi sesuatu yang luar biasa bagi orang lain.
Sebaliknya, jika tidak dibiasakan atau sering kita tunda-tunda hingga ada waktu
untuk membuat dan menyusunnya, maka waktu itu tak akan pernah ada. Seperti
halnya seseorang yang kelebihan berat badan dan melakukan diet pada hari Senin
berikutnya. Maka hari Senin pun tak akan pernah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar