22/11/17

Selamat Hari Pohon Sedunia

Saya ingin berbagi sedikit cerita diskusi tak direncanakan dengan masyarakat dipinggiran hutan dan itu merupakan bagian dari pekerjaan ternyata yang benar-benar saya menikmatinya setiapkali bertemu dan melintaskan diri didalam hutan dan masyarakat desa....


Ketika suatu kali seorang bernama pak Waras bertanya dan meminta pendapatku dengan gaya yang lugu, “ Pak bagaimana caranya untuk mempertahankan hidup ? “


Dengan seenaknya waktu itu saya menjawab “ Ya nanam”.


Ternyata jawaban itu menarik buat beberapa orang terbukti hampir semua yang ada di warung itu menjawab “nanam apa”.


Terpaksa diskusi jalan soal tanam kehidupan.


Ketika Saya lempar pertanyaan “ bagaimana orang masih bisa dikatakan hidup?” sebenarnya mereka langsung menyadari bahwa orang dikatakan hidup jika masih bernafas.


Ketika ku tanya “bernafasnya pakai apa?” mereka semua juga menjawab pakai udara (oksigen)
Ketika ku tanya pula “apa yang menghasilkan oksigen?” jawabanya mereka adalah kayu (pohon), tapi ketika ku tanya “ berapa anda bayar ganti rugi pada pohon?” baru mereka mulai kaget dan merenung.


Saya mulai mengajak mereka mencari pembanding dan bertanya “ada yang punya sepeda motor?” Satu orang yang mengangkat tangannya aku tanya” apa keuntungannya?”, “Banyak banget katanya, Diantaranya kemana-mana jadi mudah dan cepat”. “apa ganti ruginya?” jawabannya adalah bensin, Servis, Sperpart, pajak dll.


Ketika Saya bertanya “ jika selama 1 hari sampean tiadak punya motor apa yang terjadi?”, semua jawaban hampir sama yaitu susah dan nggak bisa kemana-mana.
Saat kutanya “tapi mati nggak?”, Serempak banget mereka jawab nggak.
Sekarang kita bandingkan dengan pohon, ”jika dalam satu hari nggak ada yang menghasilkan oksigen atau sampean nggak bernafas apa yang terjadi?”.serentak pula mereka menjawab mati.

Sebuah perenungan buat kita semua "Tanam pohon jika masih ingin bernafas"
Salam Konservasi....!

18/07/17

Selamat bersekolah anakku




Pagi ini, Berkecimuk persemayaman di otakku. Anakku akan sekolah formal. Agak kesiangan, entah harus berapa kali kami bolak-balik dalam rumah kayak KRL jabodetabek. Entahlah, ternyata bukan Ayash aja yang heboh menghadapi hari pertamanya masuk sekolah formal. Kamipun sebagai orang tuanya jauh hari sebelum tanggal 17 Juli kemaren sudah disibukkan dengan pemilihan sekolah terbaik, Akreditasi, pola belajar untuk taman kanak-kanak yang ada di dusun ini hingga ruang sirkulasi udara untuk perkembangan anak tak luput kami diskusikan bersama menjelang tidur. Maklum saja yang namanya dusun semua serba terbatas. Walaupun pemerintah telah mencanangkan pemerataan pembangunan sedari beberapa puluh tahun lalu. Tak terkecuali pendidikan formal. Dibeberapa sekolah TK kami menanyakan beberapa pertanyaan mendasar seperti akreditasi, setiap guru nangani berapa murid, pola pembelajaran hingga fasilitas bermain untuk anak-anak. Walau setinggat taman kanak-kanak. Namun kami sebagai orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak pertama lalaki kami.


Tepat di depan sekolah, ternyata bel masuk telah berbunyi dan anak-anak sudah pada masuk ke kelas. Mereka digabung dalam satu kelas dahulu. Menurut penjelasan gurunya bahwa ini hanya berlangsung seminggu untuk mencoba melakukan adaptasi terhadap anak baru, setelah itu mereka akan dipecah ke masing-masing kelas. Bertemu dengan puluhan orang tua pengantar anak mereka bahkan ada orang tua yang masuk sesampai di dalam kelas. Lucu, haru, bergembira melihat anak pertamaku masuk sekolah Taman Kanak-kanak.

Dari bilik jendela teralis di kelas anakku, aku berpikir dan berdoa semoga Anakku menjadi anak terbaik di tahapan perkembangannya. Walaupun semuanya tidaklah diukur dengan angka-angka raport yang dikeluarkan sekolah. Dengan demikian rasanya terlalu premature ketika kita menganggap bahwa sekolah satu-satunya penghasil produk bernama manusia.

Aku mengerti bahwa orang tua manapun di dunia ini tidak akan mau anaknya menjadi penjahat. Dalam buku karya Paulo Freire berjudul Menggugat Pendidikan, tertulis cerita tentang kaisar Nero. Filusuf dan juga pakar politik di Romawi kuno bercerita tentang pengalamannya. Ia mempunyai murid terkenal bernama Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus atau dipanggil Nero sang kaisar pembunuhnya adalah seorang pemain teater, penyayim penyair, musisi yang dibenci oleh siapapun. Nero pernah meracuni Seneca, tetapi sang guru sempat pulih kembali. Nero pernah memaksanya bunuh diri. Apakah Seneca mengajarnya untuk menghukum mati ibu, saudara-saudara, isteri dan sekian banyak rakyat jelata? Tentu tidak. Meski Seneca ikut merasa berdosa lantaran muridnya lulus dalam keadaan jauh dari waras.

Lantas apa yang membuat sekolah menghasilkan seorang penjahat? Freire dkk menganggap bahwa jawaban yang paling aman dan paling dianggap mendekati kenyataan yaitu Kehidupana dalah akademi mahabesar, kehidupan adalah guru, mau jadi apakah lulusannya, tak ada yang bisa memastikan. Atau dengan kata lain Freire dkk beranggapan bahwa kehidupanlah yang bisa memastikan apakah seseorang menjadi baik atau penjahat. 
Selamat bersekolah nak. Yuk kita santai dan menikmatinya. Jangan pernah takut pada siapapun tetapi tetap menghormati. Belajarlah menjadi manusia untuk menuju kesempurnaanNya.  

02/02/17

Hanya ada Aku, Hutan dan Tuhan

Pagi itu, jarum jam menunjukkan angka 4 pagi. Matahari masih berselimut dalam kedinginan angin laut dan suara gemuruh ombak dilaut yang seakan berkejaran agar tercepat sampai di pantai. Kapal harus berangkat saat ini, ini merupakan musim pancaroba dimana alam tak ingin bersahabat dengan para pencari kehidupan di laut. Biasanya ombak dan gelombang di ketiak Pulau Sulawesi akan berhenti ketika imlek menurut pengalaman umumnya masyarakat. Imlek dan ombak pikirku filosofinya adalah perayaan yang diperingati oleh saudara-saudara kita dari tiongkhoa ini setahu saya legendanya adalah ketika seorang raksasa mengamuk dan mereka memberikannya makanan agar raksasa tersebut tidak marah  dan ngamuk lagi. Sepertinya halnya alam, awal tahun seperti kali ini mungkin dimaknai sebagai hari istirahatnya alam agar kembali fit lagi untuk dieksploitasi manusia.
Sepagi itu kapal penumpang umum yang ku tumpangi bergerak menuju sebuah pulau dengan tujuan pengambilan data kerusakan kawasan taman nasional. Seorang diri masuk ke kawasan yang notabene harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa alat keselamatan dan tetekbengeknya agar kegiatan kali ini berjalan lancar.
Sesampai di kawasan, menyusuri lorong hutan yang sempit karena kerapatan liana dan duri-duri rotan yang menjalar dikiri-kanan seakan memperingati penjemputan kedatanganku. Jika kalau di pejabat atau orang terkenal akan berkunjung disuatu wilayah, riuh gemuruh penyambutan serta kibaran bendera dan disontaki teriakan histeris pendukung akupun tak ingin kalah dengan mereka itu. Riuh gemuruh teriakan berupa angin darat yang berhembus  serta duri-duri dan liana hutan sebagai kibaran bendera untuk kedatanganku kali ini.
Bukannya karena tidak ada tim, tapi kami harus dipencar agar target dan data yang diinginkan dapat tercapai. Kami harus berpencar. Instruksi kepala SPTN Wilayah tegasnya.


Wifi perdana Balai