Kemarin berbagai media memberitakan masalah serius yang tengah dihadapi oleh para buruh atau kira-kira dalam masa kepemimpinan Megawati menyebutnya karyawan yang dibagi atas 2 kategori yaitu kelas biru yang bekerja dengan otot putih (mengandalkan otaknya) di negeri ini. Letupan masalah tersebut tergambar dari munculnya berbagai demonstrasi yang mengalir secara deras di kota-kota besar di Indonesia. Demonstrasi tersebut ditujukan untuk memprotes revisi UU No. 13/2003 yang dinilai sangat menguntungkan pengusaha dan merugikan para pekerja. Beberapa pasal draf revisi yang sangat merugikan para pekerja di antaranya: adanya ancaman PHK jika pekerja mogok kerja, pekerja dapat dituntut di pengadilan jika perusahaan dirugikan akibat mogok kerja tersebut, dihapuskannya cuti besar dan jaminan hari tua atau dana pensiun baru-baru tadi Qoe melihat berita di TV katanya aksi demo tersebut berlangsung ricuh hehe.. kayaknya hal tersebut wajar saja terjadi abish pemerintahnya sich lambat atau benar-benar nga tau diri untuk memberikan alternatif yang terbaik pada kondisi sekarang eh malah revisi UU tersebut nga pernah direspon.. dasar…
Kira-kira begini akar permasalahannya
Ketenagakerjaan saat ini sudah menjadi pemandangan keseharian di berbagai negara, baik di negara maju apalagi di negara berkembang, baik yang menerapkan ideologi Kapitalisme dan Negara kita masuk didalamnya bahkan ada kecendrungan idologi Negara yang waktu Qoe SD sampai SMU katanya Pancasila (bukan bermaksud untuk mendukung Megawati dalam pidatonya kemarin yang menyatakan bahwa telah ada gerakan-gerakan untuk menggantikan idiologi kita sekarang (Koran kompas) Cuma memang hal ini merupakan realita yang ada sekarang). Contoh masalah tersebut antara lain berkaitan dengan makin sempitnya peluang kerja, angka pengangguran yang kian meroket, rendahnya kemampuan dan keahlian para pekerja, makin menganganya jurang antara pemilik modal (pengusaha) dan para pekerja, serta tingginya biaya hidup yang semakin tidak tertutupi oleh gaji yang diterima (semua tersebut ciri-ciri Negara kapitalisme)
Berbagai persoalan ketenagakerjaan itu berpangkal, paling tidak, pada dua hal:
Menyangkut kebijakan negara dalam bidang politik ekonomi dan hal ini yang perlu digaris bawahi. Kebijakan yang dibuat oleh penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah itu terkait dengan masalah pemenuhan kebutuhan pokok serta upaya peningkatan kesejahteraan hidup rakyat. Masalah muncul manakala Pemerintah berlepas diri dari tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan pokok rakyat tersebut. Banyak kebijakan Pemerintah justru sering menambah beban hidup bagi rakyat seperti kenaikan BBM, termasuk kenaikan harga elpiji. Kebijakan tersebut secara pasti akan menghantam pengusaha maupun para pekerja. Para pengusaha semakin dibebani oleh kenaikan biaya produksi, yang tidak jarang berakibat pada bangkrutnya perusahaan (terutama yang kecil dan menengah), yang segera diikuti dengan PHK besar-besaran. Adapun para pekerja semakin dibebani oleh pengeluaran biaya hidup yang meningkat, padahal gaji yang diterima tidak bertambah. Para pekerja akhirnya mengalami proses pemiskinan secara sistematis. Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini memandang bahwa Pemerintah tidak wajib memberikan pelayanan kepada rakyat agar semua rakyat tercukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan subsidi bagi pelayanan sosial dianggap tidak sehat bagi rakyat karena, kata si SBY, rakyat akan menjadi manja dan kurang mandiri. Masalahnya, salahkah jika rakyat dibuat sejahtera melalui dengan pelayanan dan jaminan sosial oleh Pemerintah, yang memang sudah merupakan hak mereka, dan sebaliknya menjadi kewajiban Pemerintah?
Yang kedua, menyangkut hubungan pengusaha dengan pekerja. Hal ini terkait dengan kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja. Dalam suatu negara yang berbasis pada Kapitalisme sudah lazim bahwa setiap peraturan dan perundang-undangan selalu dipengaruhi oleh para pemilik modal. Mereka dapat bekerjasama dengan penguasa untuk mengeluarkan peraturan yang dapat menguntungkan mereka. Tentu, lobi mereka lebih ampuh, karena di tangan mereka ada 'fulus' (uang) yang bisa menghipnotis para pengambil kebijakan. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan lebih berpihak kepada pengusaha ketimbang kepada rakyat kebanyakan, terutama kaum buruh.
Sebagai contoh, draf revisi UU No.13/2003 yang diajukan Pemerintah telah dipersiapkan oleh Bappenas dengan 'bimbingan' dari IMF (Internasional Mother Fucker) dan Bank Dunia. Memang sangat terasa, pasal-pasal yang ada dalam draf tersebut lebih mengangkat posisi pemilik modal (pengusaha) dan makin memerosotkan posisi para pekerja. Ini menjadi tanda bahwa perundang-undangan di negeri ini banyak dikendalikan oleh para pemilik modal besar, khususnya pihak asing. Produk perundang-undangan yang demikian ini 'dijamin' pasti menyengsarakan masyarakat.
Jelaslah akar persoalan perburuhan adalah cengkeraman sistem kapitalisme dan ketidakmampuan duet si SBY-JK dalam man”cintai” rakyatnya kayaknya sich lebih dicintai si Bush cs dan kloninya. Karena itu, tidak dapat disemaikan bibit kapitalisme di Negeri ini apapun appologinya dari si tuan-tuan besar kita. Sebab, telah terbukti sistem ini gagal memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Sudah saatnya negeri ini menerapkan sistem ekonomi yang adil yang berlandaskan pada kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan yang amanah dan profesional. Bahkan tidak hanya di bidang ekonomi, bidang lainnya seperti pendidikan, politik, sosial budaya, hukum, , dan sebagainya juga harus dibersihlkan dari virus Kapitalisme-sekular barat… Ingat kawan idiologi kapitalisme yang merupakan idiologi paling bobrok didunia ini ada dimana-mana…Waspadalah…kiamatlah IndonesiaQoe… mari sama-sama kita ucapkan innalilahi indonesiaQoe dan semoga pemerintahnya mendapat balasan yang setimpal yaitu neraka yang paling jahanam… Amin…
Sedikit catatan tentang kapitalisme sepengetahuan Qoe:
Kapitalime merupakan sebuah isme yang men”dikotomi”kan antara kaum borjuis/pemilik modal dengan pekerja. System ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia akan tetapi malah terus tumbuh dan berkembang di berbagai Negara dunia.
Sejarah pertama mencatat bahwa isme ini lahir di Negara Eropa tepatnya kerajaan yunani yang pada saat itu telah melahirkan system feodalis dan dalam beberapa decade keduanya saling mengisi sehingga lahir kelas borjuis yang menjadi cikal bakal kapitalisme. Awalnya mendegungkan seruan kebebasan menyusul seruan nasionalisme kalau tidak salah di Prancis muncul aliran bebas yang diprakarsai oleh spiritual paus saat itu.
Adam smith seorang ekonom terkenal, David Ricardo seorang ahli pembagian hasil merupakan tokoh yang pemikirannya sebagai kristal lahirnya aliran kebebasan tersebut di Prancis. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa karya-karya mereka merupakan sebuah perubahan terbesar dunia yang pernah ada.
Revolusi industri juga telah membawa andil dengan penemuan mesin uap oleh James Watt dan mesin tenun sehingga semakin jauhnya jarak antara si pemilik modal dengan kaum pekerja atau manusia dengan mesin.
Berbagai dampak negative ditimbulkan oleh isme ini yang sepengetahuan Qoe dampak-dampaknya antara lain: intimidasi terhadap kaum pekerja dengan cara penjajahan oleh orang-orang berduit, monopolis, mengagungkan hak pribadi dan pemilik modal, tidak berprikemanusiaan, kejam, begis, boros dalam arti kapitalis memproduksi barang mewah dengan iklan besar-besaran yang mendominasi pasar karena hanya untuk mencari keuntungan pribadi tanpa peduli sesamanya, tidak bermoral, pengangguran, egoistic, tidak menghormati kepentingan umum atau orang dibawahnya, membawa malapetaka, kemiskinan dimana-mana, kalaparan bagi masyarakat, pembantaian karena akibat logis dari sekelompok yang ingin berkuasa, persaingan yang tidak sehat, matrealis, perampasan hak, pembayaran upah rendah, dan masih banyak lagi.
Maka dari itu apapun minumannya kapitalis tidak dibenarkan untuk tumbuh dan berkembang di Negara kita karena semua akibat yang timbul dari kapitalis sangat-sangat bertolak belakang dengan idiologi kita yang ada saat ini. Nasionalis skali… ha…ha..ha…
Tulisan ini lahir dari kebencian Qoe terhadap produk kapitalis dan apapun yang berbau kapitalis. Terus terang tidak dapat dipungkiri bahwa apa-apa yang telah kita nikmati saat ini mulai dari pakaian dalam sampai makanan siap saji dan sebagainya dan sebagainya merupakan hasil dari kapitalis itu sendiri yang telah menguasai dunia. Besar harapan agar citra dan ciri khas bangsa kita dapat dipertahankan selama hayat dikandung badan. He…he…he…gile bener konsepnya…
Kira-kira begini akar permasalahannya
Ketenagakerjaan saat ini sudah menjadi pemandangan keseharian di berbagai negara, baik di negara maju apalagi di negara berkembang, baik yang menerapkan ideologi Kapitalisme dan Negara kita masuk didalamnya bahkan ada kecendrungan idologi Negara yang waktu Qoe SD sampai SMU katanya Pancasila (bukan bermaksud untuk mendukung Megawati dalam pidatonya kemarin yang menyatakan bahwa telah ada gerakan-gerakan untuk menggantikan idiologi kita sekarang (Koran kompas) Cuma memang hal ini merupakan realita yang ada sekarang). Contoh masalah tersebut antara lain berkaitan dengan makin sempitnya peluang kerja, angka pengangguran yang kian meroket, rendahnya kemampuan dan keahlian para pekerja, makin menganganya jurang antara pemilik modal (pengusaha) dan para pekerja, serta tingginya biaya hidup yang semakin tidak tertutupi oleh gaji yang diterima (semua tersebut ciri-ciri Negara kapitalisme)
Berbagai persoalan ketenagakerjaan itu berpangkal, paling tidak, pada dua hal:
Menyangkut kebijakan negara dalam bidang politik ekonomi dan hal ini yang perlu digaris bawahi. Kebijakan yang dibuat oleh penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah itu terkait dengan masalah pemenuhan kebutuhan pokok serta upaya peningkatan kesejahteraan hidup rakyat. Masalah muncul manakala Pemerintah berlepas diri dari tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan pokok rakyat tersebut. Banyak kebijakan Pemerintah justru sering menambah beban hidup bagi rakyat seperti kenaikan BBM, termasuk kenaikan harga elpiji. Kebijakan tersebut secara pasti akan menghantam pengusaha maupun para pekerja. Para pengusaha semakin dibebani oleh kenaikan biaya produksi, yang tidak jarang berakibat pada bangkrutnya perusahaan (terutama yang kecil dan menengah), yang segera diikuti dengan PHK besar-besaran. Adapun para pekerja semakin dibebani oleh pengeluaran biaya hidup yang meningkat, padahal gaji yang diterima tidak bertambah. Para pekerja akhirnya mengalami proses pemiskinan secara sistematis. Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini memandang bahwa Pemerintah tidak wajib memberikan pelayanan kepada rakyat agar semua rakyat tercukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan subsidi bagi pelayanan sosial dianggap tidak sehat bagi rakyat karena, kata si SBY, rakyat akan menjadi manja dan kurang mandiri. Masalahnya, salahkah jika rakyat dibuat sejahtera melalui dengan pelayanan dan jaminan sosial oleh Pemerintah, yang memang sudah merupakan hak mereka, dan sebaliknya menjadi kewajiban Pemerintah?
Yang kedua, menyangkut hubungan pengusaha dengan pekerja. Hal ini terkait dengan kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja. Dalam suatu negara yang berbasis pada Kapitalisme sudah lazim bahwa setiap peraturan dan perundang-undangan selalu dipengaruhi oleh para pemilik modal. Mereka dapat bekerjasama dengan penguasa untuk mengeluarkan peraturan yang dapat menguntungkan mereka. Tentu, lobi mereka lebih ampuh, karena di tangan mereka ada 'fulus' (uang) yang bisa menghipnotis para pengambil kebijakan. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan lebih berpihak kepada pengusaha ketimbang kepada rakyat kebanyakan, terutama kaum buruh.
Sebagai contoh, draf revisi UU No.13/2003 yang diajukan Pemerintah telah dipersiapkan oleh Bappenas dengan 'bimbingan' dari IMF (Internasional Mother Fucker) dan Bank Dunia. Memang sangat terasa, pasal-pasal yang ada dalam draf tersebut lebih mengangkat posisi pemilik modal (pengusaha) dan makin memerosotkan posisi para pekerja. Ini menjadi tanda bahwa perundang-undangan di negeri ini banyak dikendalikan oleh para pemilik modal besar, khususnya pihak asing. Produk perundang-undangan yang demikian ini 'dijamin' pasti menyengsarakan masyarakat.
Jelaslah akar persoalan perburuhan adalah cengkeraman sistem kapitalisme dan ketidakmampuan duet si SBY-JK dalam man”cintai” rakyatnya kayaknya sich lebih dicintai si Bush cs dan kloninya. Karena itu, tidak dapat disemaikan bibit kapitalisme di Negeri ini apapun appologinya dari si tuan-tuan besar kita. Sebab, telah terbukti sistem ini gagal memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Sudah saatnya negeri ini menerapkan sistem ekonomi yang adil yang berlandaskan pada kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan yang amanah dan profesional. Bahkan tidak hanya di bidang ekonomi, bidang lainnya seperti pendidikan, politik, sosial budaya, hukum, , dan sebagainya juga harus dibersihlkan dari virus Kapitalisme-sekular barat… Ingat kawan idiologi kapitalisme yang merupakan idiologi paling bobrok didunia ini ada dimana-mana…Waspadalah…kiamatlah IndonesiaQoe… mari sama-sama kita ucapkan innalilahi indonesiaQoe dan semoga pemerintahnya mendapat balasan yang setimpal yaitu neraka yang paling jahanam… Amin…
Sedikit catatan tentang kapitalisme sepengetahuan Qoe:
Kapitalime merupakan sebuah isme yang men”dikotomi”kan antara kaum borjuis/pemilik modal dengan pekerja. System ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia akan tetapi malah terus tumbuh dan berkembang di berbagai Negara dunia.
Sejarah pertama mencatat bahwa isme ini lahir di Negara Eropa tepatnya kerajaan yunani yang pada saat itu telah melahirkan system feodalis dan dalam beberapa decade keduanya saling mengisi sehingga lahir kelas borjuis yang menjadi cikal bakal kapitalisme. Awalnya mendegungkan seruan kebebasan menyusul seruan nasionalisme kalau tidak salah di Prancis muncul aliran bebas yang diprakarsai oleh spiritual paus saat itu.
Adam smith seorang ekonom terkenal, David Ricardo seorang ahli pembagian hasil merupakan tokoh yang pemikirannya sebagai kristal lahirnya aliran kebebasan tersebut di Prancis. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa karya-karya mereka merupakan sebuah perubahan terbesar dunia yang pernah ada.
Revolusi industri juga telah membawa andil dengan penemuan mesin uap oleh James Watt dan mesin tenun sehingga semakin jauhnya jarak antara si pemilik modal dengan kaum pekerja atau manusia dengan mesin.
Berbagai dampak negative ditimbulkan oleh isme ini yang sepengetahuan Qoe dampak-dampaknya antara lain: intimidasi terhadap kaum pekerja dengan cara penjajahan oleh orang-orang berduit, monopolis, mengagungkan hak pribadi dan pemilik modal, tidak berprikemanusiaan, kejam, begis, boros dalam arti kapitalis memproduksi barang mewah dengan iklan besar-besaran yang mendominasi pasar karena hanya untuk mencari keuntungan pribadi tanpa peduli sesamanya, tidak bermoral, pengangguran, egoistic, tidak menghormati kepentingan umum atau orang dibawahnya, membawa malapetaka, kemiskinan dimana-mana, kalaparan bagi masyarakat, pembantaian karena akibat logis dari sekelompok yang ingin berkuasa, persaingan yang tidak sehat, matrealis, perampasan hak, pembayaran upah rendah, dan masih banyak lagi.
Maka dari itu apapun minumannya kapitalis tidak dibenarkan untuk tumbuh dan berkembang di Negara kita karena semua akibat yang timbul dari kapitalis sangat-sangat bertolak belakang dengan idiologi kita yang ada saat ini. Nasionalis skali… ha…ha..ha…
Tulisan ini lahir dari kebencian Qoe terhadap produk kapitalis dan apapun yang berbau kapitalis. Terus terang tidak dapat dipungkiri bahwa apa-apa yang telah kita nikmati saat ini mulai dari pakaian dalam sampai makanan siap saji dan sebagainya dan sebagainya merupakan hasil dari kapitalis itu sendiri yang telah menguasai dunia. Besar harapan agar citra dan ciri khas bangsa kita dapat dipertahankan selama hayat dikandung badan. He…he…he…gile bener konsepnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar