16/01/25

PERANAN AGROFORESTRI DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SERTA SEBAGAI STOK KARBON

BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang 

Perubahan iklim telah menimbulkan banyak masalah, salah satunya adalah perubahan iklim dan keberlanjutan kehidupan di bumi. Akibatnya, dampak yang ditimbulkan seperti kenaikan suhu global, perubahan pola curah hujan dan peningkatan frekuensi bencana alam sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia tak terkecuali pertanian dan kehutanan. Meskipun aspek ini retan terhadap perubahan iklim, sektor ini juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Dari data Tahun 2016 Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang merupakan badan internasional untuk menilai perubahan iklim dijelaskan bahwa emisi dari sektor pertanian dan kehutanan dan penggunaan lahan lainnya menyumbang sekitar 20% dari total emisi global.
Agroforestri sebagai salah satu sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan antara tanaman pertanian dan kehutanan kedalam suatu lahan, menawarkan solusi untuk mengatasi perubahan iklim. Sistem ini tidak hanya menyerap karbon melalui biomasa pohon dan tanah, namun juga memberikan manfaat ekonomi dan ekologi misalnya meningkatkan kesuburan tanah, mempertahankan air tanah, dan biodiversitas keanekaragaman hayati.

 1.2.  Rumusan Masalah

         1. Bagaimana mekanisme agroforestri dalam menyerap karbon?
         2. Apa saja manfaat lain agroforestri selain mitigasi perubahan iklim?
         3. Apa saja tantangan dalam penerapan agroforestri?

1.3.   Tujuan Penulisan 

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang agroforestri sebagai salah satu solusi dalam mengatasi perubahan iklim. Melalui analisis mendalam terhadap mekanisme penyerapan karbon, manfaat tambahan, dan tantangan yang dihadapi, makalah ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan arahan bagi pengembangan agroforestri yang berkelanjutan.
1.4. Kegunaan dan Manfaat Penulisan
Kegunaan dan manfaat dari makalah ini diharapkan makalah ini dapat menyadarkan masyarakat luas tentang peran penting Agroforestri dalam mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan dan menginspirasi para pembaca dalam menerapkan praktik agroforestri sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi berbagi pihak.
BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Penelitian Terdahulu

Dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, praktek agroforestri dapat memainkan peran penting karena menyerap lebih banyak karbon di atmosfer di bagian tanaman dan tanah dibandingkan dengan pertanian konvensional. Upaya mitigasi perubahan iklim berkaitan erat dengan aktivitas di sektor pertanian dan kehutanan. Emisi dari sektor ini berkontribusi sebesar 20% terhadap emisi global. Namun ditinjau dari nilai ekonomi, setiap unit karbon yang diemisikan di berbagai negara tropis ternyata sangat rendah. Menurut Swallow dkk (2007), dari studi kasus tiga provinsi di Indonesia, ditemukan bahwa 6-20% emisi yang berasal dari agriculture, forest and other land uses (AFOLU) hanya menghasilkan return financial kurang dari 1 USD, dan sekitar 64- 92% emisi menghasilkan keuntungan finansial kurang dari 5 USD. Kelas penggunaan lahan berupa hutan merupakan contoh penggunaan lahan dengan cadangan karbon tinggi namun dengan nilai ekonomi yang rendah, sedangkan agroforestri merupakan salah satu penggunaan lahan yang memiliki cadangan karbon tinggi (tidak setinggi kelas hutan) dengan nilai ekonomi penggunaan lahan yang relatif tinggi. Beberapa hal tetap perlu mendapat perhatian ketika agroforestri dijadikan intervensi utama dalam mempromosikan pembangunan rendah emisi, antara lain: tipe agroforestri yang cocok dengan kesesuaian lahan dan kondisi sosial demografi, termasuk ketersediaan tenaga kerja di area-area yang dijadikan target intervensi agroforestri. Agroforestri pada area dengan cadangan karbon dan nilai ekonomi yang rendah menunjukkan bahwa agroforestri dapat menurunkan emisi karbon sekitar 30% dan dapat meningkatkan nilai ekonomi penggunaan lahan hingga sekitar 80%. Intervensi agroforestri pada area dengan karbon rendah dan ekonomi tinggi hanya menurunkan emisi sekitar 20% dan hanya meningkatkan nilai ekonomi sebesar 20% pula. Di area ini, agroforestri dapat juga diperkenalkan, walaupun tidak seoptimal area sebelumnya. Namun begitu, perbedaan komposisi tanaman agroforestri akan menentukan perbedaan cadangan karbon dan nilai ekonominya. Pemodelan menggunakan tipe agroforestri yang berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda pula, namun pola umum menunjukan bahwa agroforestri akan mampu meningkatkan cadangan karbon dan nilai ekonomi penggunaan lahan yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon dioksida pada suatu wilayah (Rondius, 2012)
Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan Business as Usual (BaU) dan 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Dengan demikian, perhutanan sosial di kawasan KHDPK perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan dalam memaksimalkan pengelolaan kawasan sehingga target penurunan emisi dan dukungan ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan dapat tercapai. Pengelolaan hutan lestari dalam skema perhutanan sosial dengan menerapkan sistem agroforestri berpotensi memberikan berbagai manfaat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem agroforestri cenderung memiliki cadangan karbon yang relatif tinggi, Hal ini dikarenakan agroforestri memiliki keanekaragaman spesies di dalamnya. Keanekaragaman spesies tanaman di suatu lokasi dapat memberikan gambaran tentang besarnya nilai karbon yang tersimpan (Nurrochmat et al., 2024)
Asmani et.al. (2011) melaporkan bahwa lahan yang terdegradasi yang dibiarkan terbuka dengan adanya kebakaran melepas emisi sebesar 49,90 ton karbon dioksida per hektar per tahun. Dengan dilakukan penanaman akasia, pelepasan emisi karena kebakaran berkurang menjadi sebesar 5,60 ton karbon dioksida per hektar /tahun. Dengan demikian pemanfaatan lahan yang terdegradasi dapat mencegah pelepasan emisi sekitar 44,30 ton karbon dioksida/hektar per tahun. Lahan yang ditanami dengan akasia dengan sistem drainase terjadi pelepasan emisi sebesar 11,53 ton karbon dioksida per hektar/tahun. Di lokasi yang sama terdapat stok karbon dioksida sebagai baseline sekitar 3,68 ton per hektar per tahun. Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan (2010) melaporkan bahwa tanaman monokultur karet dapat menyerap karbon dioksida sebesar 14,24 ton per hektar per tahun. Weidelt (1995) dalam Nugraha dan Istoto (2007) melaporkan besarnya serapan karbon dioksida hutan alam tropika sekitar 7,34 ton per hektar per tahun dengan berat biomasa sekitar 4,00 ton. Menurut Rumbang et.al. (2009) bahwa pada lahan gambut yang ditanami karet yang tidak tergenang air melepas emisi karbon dioksida berkisar antara 4,90 ton ton per centimeter per hektar per tahun.
Model-model agroforestri yang telah ada, hanya dirancang untuk memahami interaksi antara tanaman pertanian dengan kehutanan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar berfokus pada produktivitas ekonomi namun kurang mendalami persoalan keanekaragaman hayati, kualitas udara, iklim, dan kontribusi sosial. Beberapa model seperti APSIM dan EPIC lebih lengkap dan terperinci serta cenderung menstimulasikan berbagai proses ekosistem namun masih memelukan tinjauan yang lebih mendalam sehingga dengan mengatasi hal-hal tersebut diharapkan bahwa agroforesrti dapat mengatasi tantangan-tantangan untuk mendukung pengambilan keputusan berkelanjutan (Kraft et al., 2021)
2.2. Teori Agroforestri terhadap Mitigasi Perubahan Iklim dan Stok Karbon
Dalam bahasa Indonesia Agroforestri dikenal sebagai Wanatani, yaitu menanam pepohonan di lahan pertanian. Konsep Agroforestri dirintis pertama kali oleh Canadian International Development Centre, yaitu lembaga yang bertugas mengidentifikasi prioritas pembangunan bidang kehutanan di negara-negara berkembang pada tahun 1970-an. Hasil identifikasi menunjukkan hutan-hutan di negara berkembang belum dimanfaatkan secara optimal. Di pihak lain ditemukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pengrusakan lingkungan. Kegiatan tersebut perlu dicegah melalui pengelolaan lahan yang dapat mengawetkan lingkungan fisik secara efektif, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pangan, papan dan sandang bagi manusia (Suryani & Dariah, 2012)
Agroforestri sebagai salah satu solusi dalam pengolahan lahan berkelanjutan dumana perubahan iklim mendorong peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atsmofer bumi yang telah menimbulkan dampak negative seperti kenaikan suhu global, perubahan pola curah hujan. Pola interaksi dalam Agroforestri dalam kondisi tertentu mungkin dpat dilakukan misalnya saja, jika pohon dan spesies yang dipilih saling melengkapi dalam penggunaan air tanah sehingga pola sistem agroforestri makin dapat meningkatkan produktivitas dalam situasi dimana sumber daya yang terbatas (Langley & Zabin, 2008)
Pohon buah-buahan dan kayu berumur panjang mampu menyimpan karbon lebih banyak bila dibandingkan dengan tanaman semusim. Hasil pengukuran karbon tersimpan pada kawasan kelola dalam rentang waktu antara 10-40 tahun rata-rata 44 ton/hektar atau sekitar 40% dari hutan sekunder yang menyimpan karbon sekitar 114 ton/hektar. Lahan milik memiliki cadangan karbon di atas permukaan tanah relatif tinggi yaitu 72 ton per hektar, bila dibandingkan dengan lahan yang belum mendapat ijin HKm (47 ton per hektar) dan lahan yang telah mendapat ijin HKm (33 ton/hektar). Tingginya proporsi tanaman kayu dan MPTs yang mencapai 90% dari total jumlah tanaman dalam suatu luasan memberikan sumbangan terhadap karbon tersimpan yang cukup besar. Sementara itu, pada kawasan kelola yang mendapat ijin HKm dan yang belum, proporsi tanaman kayu dan MPTs masih sekitar 40-60% dan proporsi tanaman perkebunan sekitar 27% di HKm ijin, 48% di HKm non ijin (Rahayu et al., 2010)
BAB 3 . HASIL PEMBAHASAN

3.1.  Mekanisme Penyerapan Karbon dalam Sistem Agroforestri

Sebagaimana penjelasan Prof. Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P. (2024) melalui power point dalam mata kuliah Agroforestri Lanjutan Pascasarjana Universitas Tadulako yang membagi sistem agroforestri pada tiga zona yang terlibat dalam interaksi pohon-tanah-tanaman non pohon yaitu Zona A (zona interaksi atas tanah, Zona B (zona lapisan tanah atas yang merupakan interaksi antara beberapa tanaman) dan Zona C (zona lapisan tanah bawah yang didominasi  oleh akar dari satu macam tanaman) sementara dalam penjelasan kuliah oleh Prof. Dr. Ir. Syukur Umar (2024) pada Mata Kuliah Agroforestri Lanjutan Pascasarjana Universitas Tadulako dijelaskan bahwa hal itu disebut dengan “zona kritis” yaitu lapisan tipis pada bagian bumi kita, mulai dari lapisan pohon bagian tajuk hingga lapisan bumi yang berperan dalam siklusair dalam sebuah sistem penyerapan karbon oleh tanaman. Pada jurnal (Ramachandran Nair et al., 2010) Mekanisme penyerapan karbon dalam sistem ini melalui dua kompartemen utama yaitu di atas permukaan tanah melalui vegetasi tumbuhan dan melalui bawah permukaan tanah melalui penyimpanan karbon.
Sistem penyerapan karbon pada tingkat vegetasi diatas permukaan tanah yaitu pohon-pohon dalam sistem agroforestri ini menyerap karbondioksida (CO2) dari atsmofer melalui proses fotosintesis sehingga menghasilkan biomasa berbentuk kayu, daun dan akar yang berfungsi sebagai penyimpanan karbon jangka panjang. Biomasa ini dapat menyimpan karbon dalam jumlah tertentu bahkan mungkin besar dibandingkan dengan sistem pertanian dengan sistem pertanian monokultur atau padang rumput sebagaimana bahasan chapter 9 pada buku Ecological Basis of Agroforestri seperti di Petagonia (Langley & Zabin, 2008). Pohon berdaun lebar (spesies C3) misalnya, memiliki kemampuan lebiih baik dalam menyimpan karbon dibandingkan dengan tanaman berjenis C4 di dalam tanah. Vegetasi dalam agroforestri juga dapat memanfaatkan sumber matahari, nutrisi dan air dengan lebih efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas biomasa. Sistem ini memungkinkan struktur multistrata yang menciptakan lingkungan mikro yang lebih baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan efisiensi penyerapan karbon.
Di Bawah permukaan tanah, tanah memainkan peran sebagai reservoir utama karbon. Karbon organic yang berasal dari serasah daun, akar yang membusuk dan menghasilkan dekomposisi mikroorganisme yang diserap oleh tanah melalui akar dan hasil dekomposisi mikroorganisme diserap oleh tanah. Dalam konteks agroforestri, kandungan karbon organik tanah umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanpa pohon. Pohon-pohon dalam sistem ini memperkaya tanah melalui kontribusi serasah yang terurai menjadi bahan organik, yang kemudian diintegrasikan ke dalam struktur tanah. Selain itu, akar pohon yang dalam membantu membawa karbon ke lapisan tanah yang lebih bawah, memberikan stabilitas jangka panjang pada simpanan karbon tersebut. 
Dalam sistem agroforestri, pola tanam yang berbeda dapat menghasilkan perbedaan biomasa karbon selaras dengan hasil analisis yang dilakukan oleh (Wulandari et al., 2021) pada pola tanam agroforestri sederhana, menunjukan bahwa jumlah biomassa pohon hidup pada pohon dengan diameter >30 cm adalah 46.1 ton/ha dan 46.34 ton/ha pada pohon dengan diameter 5-30 cm. Dari data tersebut terlihat perbedaan bahwa biomassa pohon hidup pada pola tanam agroforestri kompleks lebih besar dari biomassa pohon hidup pada pola tanam agroforestri sederhana. Hal ini terjadi karena jumlah dan jenis pohon pada pola tanam agroforestri kompleks lebih banyak dibandingkan dengan pola tanam agroforestri sederhana sehingga biomassa yang diperoleh lebih besar pada agroforestri kompleks seperti yang ditinjukan pada tabel berikut:
Tabel 1. Biomassa tanaman pada pola tanaman agroforestri sederhana dan agroforestri kompleks

 Sumber : Wulandari et al., 2021

Selain itu, keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dalam sistem agroforestri, baik di atas maupun di bawah tanah, memberikan kontribusi pada efisiensi daur ulang nutrisi dan stabilitas ekosistem. Interaksi antarspesies, baik antara pohon dan tanaman atau antara pohon dan mikroorganisme tanah, menciptakan sinergi yang mendukung produktivitas dan penyerapan karbon. Dalam sistem multistrata, misalnya, kombinasi pohon, semak, dan tanaman bawah meningkatkan kapasitas total penyerapan karbon karena setiap lapisan memiliki peran spesifik dalam menangkap energi matahari dan memanfaatkan nutrisi tanah.
Dalam skala yang lebih besar, agroforestri juga memberikan manfaat lingkungan dengan mengurangi emisi karbon dari sistem pertanian. Pohon-pohon dalam agroforestri tidak hanya menyerap karbon tetapi juga bertindak sebagai penahan angin dan pengendali erosi, yang secara tidak langsung mencegah kehilangan karbon dari tanah. Sistem ini juga mengurangi aliran air permukaan dan meningkatkan infiltrasi, yang membantu menjaga kesuburan tanah dan cadangan karbon organic. Dengan kemampuan menyerap karbon di dalam tanah, agroforestri menjadi salah satu strategi penting untuk mitigasi perubahan iklim. Namun, efektivitas sistem ini sangat bergantung pada faktor lingkungan dan pengelolaan yang tepat, termasuk pemilihan spesies pohon, pengaturan kepadatan, dan siklus rotasi hingga model agroforestri yang diterapkan. Dengan adanya peluang untuk perdagangan karbon, sistem agroforestri tidak hanya berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi petani, terutama di negara berkembang.
Pada jurnal yang ditulis oleh (Nurrochmat et al., 2024) disebutkan pengukuran biomassa dan kandungan karbon menggunakan metode perbedaan stok dengan plot sampling 20x20m, didukung analisis citra satelit untuk pemetaan perubahan tutupan lahan dalam 5 tahun terakhir mampu menyerapan karbon sebesar 2.500 ton CO₂/tahun melalui pendekatan agroforestri terpadu yang mendukung target nasional.

3.2. Manfaat Lain Agroforestri Selain Mitigasi Perubahan Iklim

Selain perannya yang krusial dalam menyerap karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim, penerapan sistem agroforestri juga membawa sejumlah manfaat tambahan yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Agroforestri terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas tanah melalui peningkatan kandungan bahan organik, perbaikan struktur tanah, dan pengurangan erosi. Hal ini berdampak positif pada produktivitas tanah jangka panjang dan keberlanjutan sistem pertanian. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Sagiarti et al., 2020) menunjukkan bahwa penerapan sistem agroforestri di Beken Jaya di Kabupaten Kuantan Singingi sudah berhasil meningkatkan kadar bahan organik tanah sebesar pH 5,88 – 6,41 (kiteria agak masam), C-organik tanah 0,25 % - 1,18 % (kriteria sangat rendah sampai rendah), N-total 0,30 -1,16 % (kriteria sedang sampai sangat tinggi),dan Nilai C/N 0,24 – 3,97 (kriteria sangat rendah) dalam waktu tujuh tahun. Hal ini sejalan dengan temuan (Nurrohman et al., 2015) yang menyatakan bahwa akar pohon dalam sistem agroforestri dapat meningkatkan agregasi tanah dan mengurangi erosi.
Lebih lanjut, sistem agroforestri juga berperan penting dalam menjaga ketersediaan air. Dengan adanya pohon-pohon dalam sistem agroforestri, infiltrasi air ke dalam tanah meningkat, sehingga mengurangi limpasan permukaan dan risiko banjir. Selain itu, pohon-pohon ini juga dapat berfungsi sebagai penahan angin, mengurangi penguapan air, dan menjaga kelembaban tanah. Dengan kanopi yang luas, pohon-pohon dalam sistem agroforestri mampu menyerap sebagian besar curah hujan, mengurangi dampak erosi akibat tetesan air hujan. Sistem perakaran yang ekstensif menciptakan ruang pori dalam tanah, meningkatkan kapasitas infiltrasi air dan penyimpanan air tanah. Selain itu, keberadaan pohon juga mengurangi penguapan air dari permukaan tanah, sehingga menjaga kelembaban tanah lebih lama. Singkatnya, agroforestri berkontribusi dalam menjaga keseimbangan air di suatu area, mengurangi risiko kekeringan dan banjir. Sebagaimana pendapat (Suprayogo et al., 2002) menyatakan bahwa agroforestri yang menggunakan model seperti WaNuLCAS menunjukkan bahwa pohon dalam agroforestri tidak hanya mengurangi kehilangan air dari sistem tanah-tanaman melalui drainasi vertikal tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh berbagai komponen tanaman. Dengan demikian, agroforestri berkontribusi pada pengelolaan air yang lebih berkelanjutan, baik di tingkat lahan maupun lanskap.
Manfaat lainnya dengan agroforestri mempertahankan keanekaragaman hayati dengan lebih beragam bagi berbagai jenis flora dan fauna pada suatu lahan. Adanya berbagai jenis tanaman dalam satu sistem agroforestri menyediakan sumber makanan dan tempat tinggal bagi berbagai organisme, sehingga mendukung keseimbangan ekosistem. Seperti penelitian oleh (Tscharntke et al., 2015) yang menyatakan bahwa agroforestri terutama pada tanaman kopi dan kakao dapat memberikan habitat yang mendukung keanekaragaman hayati dengan meningkatkan kepadatan dan keragaman pada nanunga, mempertahankan konektivitas ekosistem alami serta menyediakan koridor bagi satwa liar.
Terakhir, agroforestri juga memberikan manfaat ekonomi bagi petani. Diversifikasi tanaman dalam sistem agroforestri memungkinkan petani memperoleh pendapatan yang lebih stabil dan berkelanjutan. Hal ini sependapat dengan penelitian (Nurrochmat et al., 2024) yang menyatakan bahwa proyeksi pendapatan bersih petani sangat menjanjikan yaitu dengan luasan program agroforestri di Garut Jawa Barat dengan luasan 52,86 Hektar untuk tanaman kopi dan alpukat serta kayu keras memperoleh keuntungan bersih Rp. 596.567.022,- per hektar setiap tahun dan dapat memberikan jaminan keberlanjutan ekonomi bagi petani dan investor.
Selain produk utama seperti kayu dan buah-buahan, agroforestri juga dapat menghasilkan produk sampingan seperti pupuk organik dan pakan ternak.

 

3.3. Tantangan dan Penerapan Agroforestri

Di banyak negara, agroforestri juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal. Praktik ini menciptakan lapangan kerja baru, baik dalam sektor pertanian maupun pengolahan hasil pertanian. Dengan mengembangkan produk-produk bernilai tambah, seperti kayu olahan atau produk makanan dari hasil agroforestri, masyarakat lokal dapat meningkatkan pendapatan mereka. Selain itu, agroforestri dapat menarik wisatawan yang tertarik dengan keberagaman alam dan budaya, sehingga memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi komunitas lokal. Namun, implementasi agroforestri tidak selalu tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah perlunya pengetahuan dan keterampilan yang tepat dalam mengelola sistem agroforestri. Petani perlu dilatih untuk memahami bagaimana mengintegrasikan berbagai jenis tanaman dan pohon dalam lahan mereka, serta bagaimana mengelola sumber daya secara berkelanjutan. Selain itu, akses terhadap modal dan sumber daya juga dapat menjadi kendala, terutama bagi petani kecil yang tidak memiliki cukup dana untuk memulai praktik agroforestri. Kebijakan pemerintah juga berperan penting dalam mendukung pengembangan agroforestri. Dukungan berupa subsidi, pelatihan, dan akses ke pasar dapat mendorong lebih banyak petani untuk mengadopsi praktik ini. Selain itu, pemerintah dapat membantu dengan menyediakan penelitian dan pengembangan untuk menemukan varietas tanaman dan pohon yang paling cocok untuk sistem agroforestri di berbagai wilayah. Dengan adanya dukungan yang memadai, agroforestri dapat berkembang dengan baik dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Agroforestri juga dapat berkontribusi pada penyelamatan dan pelestarian tradisi lokal. Banyak komunitas memiliki pengetahuan yang kaya tentang cara mengelola lahan mereka secara berkelanjutan. Melalui praktik agroforestri, pengetahuan dan tradisi ini dapat diteruskan kepada generasi mendatang. Dalam banyak kasus, pendekatan agroforestri dapat disesuaikan dengan praktik pertanian tradisional, sehingga memperkuat identitas budaya dan keberlanjutan ekonomi masyarakat. Selanjutnya, dalam konteks global, agroforestri dapat menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan mengurangi kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan, dan melindungi lingkungan, agroforestri mendukung banyak tujuan yang tercantum dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Dalam hal ini, agroforestri dapat berfungsi sebagai jembatan antara pertanian dan konservasi, menciptakan sistem yang saling menguntungkan bagi manusia dan alam. Sebagai bagian dari upaya global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, agroforestri juga mendukung inisiatif konservasi yang lebih luas. Dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memperbaiki ekosistem, agroforestri dapat membantu menjaga 5 keseimbangan ekologi dan mendukung fungsi ekosistem yang penting. Oleh karena itu, praktik ini tidak hanya bermanfaat bagi petani, tetapi juga bagi seluruh planet. Di banyak negara, masyarakat lokal telah mulai menyadari pentingnya agroforestri dalam meningkatkan keberlanjutan dan konservasi. Mereka mulai berkolaborasi dengan lembaga penelitian dan pemerintah untuk mengembangkan praktik agroforestri yang lebih baik. Dengan pengetahuan dan teknologi yang tepat, agroforestri dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh sistem pertanian saat ini. Dari semua penjelasan di atas, terlihat bahwa agroforestri memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan keberlanjutan pertanian dan konservasi lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, agroforestri tidak hanya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi petani, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem, meningkatkan ketahanan pangan, dan berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim. Pengembangan agroforestri harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat, agar manfaatnya dapat dirasakan secara luas dan berkelanjutan (Prasetio, n.d. 2023) 

 

BAB 4 . KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, beberapa kesimpulan dapat diambil sebagai berikut:
  1. Sistem agroforestri yaitu kombinasi antara tanaman pertanian dan kehutanan dalam suatu lahan efektif dalam menyerap karbon melalui biomasa pohon dan tanah serta mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap mitigasi perubahan iklim. Dimana agroforestri dengan tanaman berumur panjang yang dipadukan dengan tanaman pertanian yang berumur musiman memiliki potensi menyimpan karbon lebih besar dibandingkan dengan sistem pertanian monokultur;
  2. Sistem agroforestri mampu mendukung keberlanjutan ekosistem dengan meningkatkan keanekaragaman hayati, memperbaiki struktur tanah dan mengurangi resiko erosi;
  3. Sistem agroforestri mampu mendukung pendapatan ekonomo bagi para petani serta ikut berkontribusi terhadap ketahanan pangan pada masyarakat;
  4. Namun, kendala sumber daya manusia berupa pengetahuan para petani dan membutuhkan modal yang besar menjadi kendala dalam penerapan sistem agroforestri
4.2. Saran
Diperlukan konsistensi dan kolaborasi seluruh pihak baik petani, pemerintah, swasta dan akademisi dalam rangka memberikan manfaat agroforestri sebagaimana peran dalam mitigasi perubahan iklim dan ketersediaan stok karbon juga dukungan kapasitas dan peningkatan sumber daya manusia dalam penerapan sistem ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Najib; Sjarkowi, Fachrurrozie; Susanto, Robiyanto H.; Hanafiah, Kemas Ali; Soewarso; Siregar, Chairil Anwar. 2011. Analisis Nilai Pendaman Karbon dan Manfaat Deforestasi Ekosistem Rawa Gambut Berbasis HTI Berpola SUPK. Disertasi. PPS Unsri. Palembang

 

Kraft, P., Rezaei, E. E., Breuer, L., Ewert, F., Große‐stoltenberg, A., Kleinebecker, T., Seserman, D. M., & Nendel, C. (2021). Modelling Agroforestri’s contributions to people—a review of available models. Agronomy, 11(11), 1–25. https://doi.org/10.3390/agronomy11112106
Langley, K. E., & Zabin, I. (2008). Ecological Basis of Agroforestri. In CRV Press (Vol. 72, Issue 4).

 

Nugraha, A. dan Y.Ed. Istoto. 2007. Hutan, Industri dan Kelestarian. Penerbit Warna Aksara,Tangerang.

 

Nurrohman, E., Rahardjanto, A., & Wahyuni, S. (2015). Keanekaragaman makrofauna tanah di kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao l.) sebagai bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1(2).

 

Nurrochmat, N. A., Purwawangsa, H., Mutaqin, F., Ridwan, M., Qanitha, M., Mustakiman, Putra, S. A., Nurkholid, Y., & Perdhana, R. D. (2024). Productive Carbon Forest: Agroforestri with high economic forest commodities to increase carbon stocks and community welfare in Garut Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1315(1), 0–10. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1315/1/012012

 

Prasetio, F. (2023). Peran Agroforestri dalam Meningkatkan Keberlanjutan Pertanian dan Konservasi Lingkungan. 1–8.

 

Rahayu, S., Setiawan, E., & Suyanto. (2010). Sistem Agroforestri di Kawasan Penyangga Hutan Lindung Sesaot: Potensinya sebagai Penambat Karbon. Policy Analysis Unit, Brief 07, 1–4.
Ramachandran Nair, P. K., Nair, V. D., Mohan Kumar, B., & Showalter, J. M. (2010). Carbon sequestration in Agroforestri systems. Advances in Agronomy, 108(C), 237–307. https://doi.org/10.1016/S0065-2113(10)08005-3

 

Rondius, B. &. (2012). Agroforestri Dalam Pembangunan Rendah Emisi. World Agroforestri Centre (ICRAF) Southeast Asia, Bogor 2, 1–11.

 

Sagiarti, T., Okalia, D., & Markina, G. (2020). Analisis C-Organik, Nitrogen Dan C/N Tanah Pada Lahan Agrowisata Beken Jaya Di Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal AGROSAINS Dan TEKNOLOGI, 5(1), 11. https://doi.org/10.24853/jat.5.1.11-18

 

Suprayogo, D., Widianto, Lusiana, B., & van Noordwijk, M. (2002). Neraca air dalam Sistem Agroforestri. Bahan Ajar 7. Neraca Air Dalam Agroforestri, Ic, 129–139.

 

Suryani, E., & Dariah, A. (2012). Peningkatan Produktivitas Tanah Melalui Sistem Agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan, 6(2), 101–109.

 

Tscharntke, T., Milder, J. C., Schroth, G., Clough, Y., Declerck, F., Waldron, A., Rice, R., & Ghazoul, J. (2015). Conserving Biodiversity Through Certification of Tropical Agroforestri Crops at Local and Landscape Scales. Conservation Letters, 8(1), 14–23. https://doi.org/10.1111/conl.12110

 

Wulandari, C., Harianto, S. p, & Novasari, D. (2021). Pendugaan Stok Karbon Pada Pola Tanam Agroforestri Sederhana Dan Agroforestri Kompleks Di Kph Batutegi, Kabupaten Tanggamus. Jurnal Belantara, 4(2), 113–126. https://doi.org/10.29303/jbl.v4i2.632

 

Rumbang, Nyahu; Radjagukguk, Bostang; dan Prajitno, Djoko. 2009. Emisi Karbon Dioksida (CO2) dari Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Gambut di Kalimantan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.9 No.2 (2009) p:95-102.

 

Swallow, B, M. van Noordwijk, S. Dewi, D. Murdiyarso, D. White, J. Gockowski, G. Hyman, S.Budidarsono, V. Robiglio, V. Meadu, A. Ekadinata, F. Agus, K. Hairiah, P.N. Mbile, D.J. Sonwa, S.Weise. 2007. Opportunities for avoided deforestation with sustainable benefits. An Interim Report by the ASB Partnership for the Tropical Forest Margins. ASB Partnership for the Tropical Forest Margins, Nairobi, Kenya

 

Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan Kemenhut RI. 2010. Cadangan karbon pada berbagai tipe hutan dan jenis tanaman di Indonesia. Jakarta.

 

Umar, S. (2024) Agroforestry Lanjutan: (Presentasi PowerPoint). Materi Perkuliahan Agroforestry. Pasca Sarjana. Universitas Tadulako, Palu.

 

Yusran. (2024). Agroforestry Lanjutan: (Presentasi PowerPoint). Materi Perkuliahan Agroforestry. Pasca Sarjana. Universitas Tadulako, Palu.

21/10/24

Pameran Herbarium Celebense & Zoologicum Celebense Universitas Tadulako



Baru kembali dari perjalanan dinas luar kota, saya tiba di rumah sekitar pukul 3 pagi WITA. Rencana awal hari Jumat ini adalah beristirahat, mengingat perjalanan yang sangat melelahkan, menempuh 32 KM melintasi hutan yang tercatat di aplikasi Avenza pada ponsel saya. Namun, ketika membuka ponsel, di grup WhatsApp Ekologi Pertanian S2 24 terdapat pesan tugas wajib:

"TUGAS WAJIB Besok ada pameran di UPA Sumber Daya Hayati di kantor Herbarium Universitas Tadulako. Masuk melalui gerbang barat Fakultas Teknik, posisi kantor UPA ada di sebelah kiri. Ada tenda pameran. Kunjungi dan buat resume 1 halaman tentang hasil kunjungan...🤝🤲👌🏻✍🏿"

Rencana istirahat saya pun pudar. Pukul 08.20 WITA, tanpa jeda, saya bergegas menuju kampus Universitas Tadulako. Di sana, suasana sudah ramai dengan mahasiswa dan materi yang dipaparkan oleh Dr. Ir. M. Nur Sangadji, DEA.

Unit Pelaksana Teknis Sumber Daya Hayati Sulawesi, khususnya Divisi Herbarium Celebense dan Museum Zoologicum Celebense, memiliki tugas utama melaksanakan pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati khas Sulawesi, pelayanan penelitian, identifikasi biota, serta pelatihan keanekaragaman hayati.

Saat tiba, perhatian saya langsung tertuju pada peta konservasi Pulau Sulawesi yang terpampang di layar besar. Bersama tiga rekan yang juga menempuh pendidikan di Pascasarjana UNTAD dan seorang dari Balai PHKTL, kami berdiskusi mengenai tampilan peta konservasi tersebut. Namun, tampilan di pintu masuk terasa kurang lengkap, terutama mengenai kawasan konservasi di Sulawesi Tengah. Dalam peta tersebut tidak tercantum seluruh kawasan konservasi, seperti Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, dan Taman Buru yang seharusnya jelas tercantum sesuai Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2024.

Saya melanjutkan kunjungan dengan menaiki tangga ke lantai dua gedung yang kabarnya akan segera dipindahkan dan dibangun ulang. Di sini, koleksi spesimen tumbuhan dari Sulawesi Tengah dipajang, banyak di antaranya berasal dari Taman Nasional Lore Lindu. Kami mendapat informasi bahwa total koleksi mencapai 5.000 sampel, meskipun sebelumnya lebih dari 10.000 sampel rusak karena kurangnya pemeliharaan.

Di lantai dua juga terdapat fosil ikan hiu, alat tangkap tradisional, dan rotan yang dipajang dalam etalase yang sudah berdebu. Meskipun koleksi ini sangat unik dan endemik, fisik saya mulai terasa lelah karena perjalanan sebelumnya.

Di luar gedung, berdiri spanduk-spanduk yang menampilkan informasi tentang sumber daya hayati Sulawesi. Herbarium ini telah berdiri sejak tahun 2000, awalnya dikenal sebagai Herbarium Universitas Tadulako.

Pameran ini menyadarkan saya betapa pentingnya Pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah, dalam menjaga stabilitas ekosistem. Keanekaragaman hayati yang kaya di pulau ini berperan penting dalam siklus energi dan materi, memberikan kontribusi yang signifikan dalam keberlangsungan ekosistem yang seimbang. Saya pun teringat akan kuliah pertemuan sebelumnya pada selasa malam bahwa kedepan kami akan membahas tentang climate change untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.

17/11/21

Memutihkan Kawasan Konservasi dengan EKF

Ada beberapa terminologi yang harus didefenisikan dari judul diatas. Salah satunya adalah memutihkan, kawasan konservasi dan hutan serta Area Penggunaan Lainnya (APL). 
dari sini kita jadi bertanya-tanya, apa maksud dari kata putih judul diatas? caranya seperti apa?

Putih yang dimaksud adalah menghilangkan Status Hukum Kawasan Hutan, Karena Sesuai dengan Standard Peta dari Badan Informasi Geospasial yang diberikan legitimasi oleh Negara salah satunya untuk Peta Rupa Bumi di Indonesia. Menurut warna standard peta tersebut, warna ungu adalah kawasan konservasi dan warna putih adalah APL. Itu artunya ketika status hutan atau wilayah berada dalam kawasan konservasi maka ada ketentuan-ketentuan baku yang tidak bisa dilakukan dan bisa dilakukan. Sebagai pertahanan terakhir spesies keanekaragaman hayati tersebar di seluruh Kawasan Konservasi di Indonesia, belum lagi potensi minyak dan gas bumi, tambang emas,  dan lain sebagainya.

Salah satu Pondok dalam Kawasan Konservasi
Salah satu pondok dalam Kawasan Konservasi


Konflik di kawasan hutan konservasi adalah perpaduan dari berbagai faktor-faktor internal dan eksternal. Menurut diskusi kami disebuah warung kopi dengan Bapak C.L. Awang, S.H., M.Sc, pada dasarnya konflik hadir karena adanya perbedaan kepentingan, dan jika perbedaan tersebut menimbulkan masalahan, maka akan dianggap sebagai konflik kepentingan. Dan masih menurut beliau, salah satu solusi adalah dengan melepaskan legitamasi hukum pada Kawasan Konservasi melalui jalur EKF (Evaluasi Kesesuaian Fungsi) sebagaimana diatur dalam Permenhut Nomor P.49 Tahun 2014.
 
Masalah yang dominan adalah bahwa perambahan atau kegiatan masyarakat di kawasan konservasi sudah ada sebelum kawasan konservasi ini ditetapkan. Selain itu, perluasan kawasan konservasi juga kerap dilakukan pada areal-areal yang sudah terbuka dan dirambah oleh masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah seolah ingin mengatasi perambahan kawasan hutan dengan cara menjadikan kawasan yang dirambah menjadi kawasan konservasi. Disatu sisi, tingkat ketergantungan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar cukup tinggi. Dengan kata lain, meskipun suatu kawasan dijadikan sebagai kawasan konservasi, belum tentu dapat mengeluarkan masyarakat yang telah beraktivitas di kawasan tersebut, sepanjang masyarakat mempunyai power untuk terus memperoleh manfaat dari kawasan tersebut.
 
Indonesia sangatlah kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya  khususnya di Kawasan Konservasi. Sumber daya alam yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia tersebut disadari suatu ketika akan habis dan punah jika pengelolaannya dilakukan secara tidak lestari dan berkelanjutan. Dalam rangka melestarikan dan mengupayakan pemanfaatan sumber daya alam tersebut dilakukan secara berkelanjutan, dimana generasi masa yang akan datang berkesempatan mewarisi sumber daya alam yang masih baik, maka pengelolaan sumber daya alam ditujukan pada dua (2) hal yaitu pertama, pemanfaatan atau eksploitasi sumber daya alam dan kedua, perlindungan atau konservasi.

Dalam konteks pengelolaan kawasan konservasi, tentu saja ada perbedaan yang mendasar, antara konsep kepemilikan lahan yang dianut oleh masyarakat dengan pemerintah. Membuka Kawasan Konservasidari sudut pandang pemerintah dianggap sebagai perambahan dan illegal, sedangkan menurut persepsi masyarakat hal tersebut, merupakan bentuk pengorbanan untuk memiliki lahan yang pada awalnya dianggap sebagai sumberdaya milik bersama. Dengan demikian, ketika pemerintah berusaha melakukan penertiban kegiatan illegal di kawasan konservasi, masyarakat bisa berpikir sebaliknya, yaitu pemerintah yang melakukan perampasan lahan. Dalam kontek ini administrasi lahan yang dapat membedakan lahan masyarakat dan negara menjadi penting.

Pokok permasalahannya adalah ketika dilakukan penataan kawasan dalam suatu wilayah dimana Kawasan Konservasi yang sudah tidak memiliki fungsi sebagaimana yang ditetapkan pemerintah tidak dapat dirubah oleh karena kriteria kawasan yang dibangun tidak sesuai dengan ekosistem hutan. Dengan demikian maka masalah kriteria kawasan konservasi. Sesuai dengan peraturan yang ada, Warna Ungu (Kawasan Konservasi) bisa diputihkan (APL) salah satunya adalah adanya EKF atau Evaluasi Kesesuaian Fungsi yang mana diatur dalam Permenhut Nomor : P.49/Menhut-II/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Dalam Permenhut ini, dijelaskan bahawa Jika kondisi sebuah kawasan konservasi terutama meliputi kondisi keragaman jenis, kondisi alam, formasi biota atau kekhasan dan keunikan serta luasan kawasan yang berhubungan dengan efektivitas pengelolaan sudah tidak dapat dilakukan lagi, maka Unit Pengelola dapat mengajukan pemutihan sesuai dengan hasil inventaisasi yang telah dilakukan, kemudian. Atas petunjuk Direktur Jenderal KSDAE melakukan uji evaluasi dimaksud apakah benar kawasan konservasi tersebut telah rusak atau masih bisa dilakukan Pemulihan Ekosistem. Kalau Kawasan tersebut dianggap telah rusak oleh tim teknis maka Menteri LHK membentuk Tim Terpadu yang terdiri dari UPT Pengelola, Pakar keilmuan dari Perguruan Tinggi, lembaga Terkait, pemda dan Masyarakat setempat. Hasil dari Tim Terpadu dijadikan patokan oleh Menteri LHK apakah kawasan tersebut dihapuskan atau tidaknya.


19/10/21

Welcome to Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu

Tepat hari ini, 21 Oktober 2021 gw berkantor di tempat baru yaitu Balai Besar TN Lore Lindu walau di SK Mutasi gw tertanggal 3 September 2021. Belum sehari eh udah diajakin masuk lapangan oleh Kepala Seksi P3 BBTNLL menuju desa Wuasa Kabupaten Poso.


Perpisahan di Balai TNKT tanggal 19 Oktober 2021. 

Abis melapor ke Kababes eh diajakin ke Tambing gw brow




Makan bersama di Kantor Bidang III Wuasa




Malam nyampe di Wuasa



Eh Alhamdulillah gw dapet Motor baru gaes


SPT perdana Operasi Sapu Jerat 5-9 Nov 2021 di Dongi-dongi

Rapat perdana di Ruang Rapat Balai Besar




12/01/21

Kehilangan



Mama...
Papa....
Semoga kalian bahagia di alam sana. 
Jaga mereka ya Tuhan.
Karena hanya ada pada kuasaMu 
Aamiin

Palu, 7 Juni 2020

24/01/19

"Diskusi Nahkoda"

Ada yang menarik dalam perjalanan kegiatan gw kali ini. Kegiatan rutin dan pengumpulan data kawasan sesuai Surat Perintah Kepala Balai gw dari Tanggal 10 Januari hingg 13 Januari 2019. Tugas lapangan Perdana untuk awal tahun babi tanah dalam astrologi Tiongkok. Setelah segala hiruk pikuk administrasi dan rapat-rapat evaluasi dan target awal tahun seperti biasanya dilaksanakan sesuai dengan perintah pimpinan tertinggi, kami brangkat kembali dengan niat tulus. Untuk ibadah! gw tak muluk-muluk dah. Pokoknya ibadah sembari melalui diskusi gw bareng istri semalam sebelum berangkat.

Dalam perjalanan kali ini, tepatnya diatas kapal kayu bermuatan sekitar 7 GT serta bau khas "anyer" lautan yang biasanya klo nga terbiasa akan mual dan mabuk, beberapa orang masyarakat mengeluhkan tidak dibangunnya infrastruktur  krusial untuk sebuah peradaban manusia, yaitu listrik. Yah,,, mereka dengan emosinya mengatakan bahwa jikalau desa ini sudah masuk dalam negara lain, mereka akan bebas dari negara Indonesia yang katanya sudah 73 tahun telah merdeka. Sontak saja membuat gw makin berfikir dan merenung serta sampai merinding dengarnya, kali ini gw nga lebay tapi faktanya gw seakan-akan hanyut dalam pembicaraan mereka. Sementara sikap nasionalisme gw yang harus tetap gw pertahankan dan tugas-tugas yang diberikan negara kepada gw sehari-harinya membuat pikirianku berkecamuk tentang indonesia. Sikap ini didukung dengan gw tak menanggapi apapun (biasanya gw suka banget kayak gini) terhadap pembicaraan dan diskusi "nahkoda"
Gw akan selalu berfikir netral dalam politis, karena memang sebagai PNS gw dituntut untuk selalu netral. Untuk IndonesiaKu. Akan akan berbuat terbaik untukmu sesuai dengan bakat, kemampuan, kapabilitas dan profesionalismeku sebagai seorang konservasionis. Itu aja.

27/08/18

Petunjuk Teknis Pengamanan Kawasan Konservasi di Wilayah Laut

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan konservasi dalam konteks kegiatan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam merujuk pada kawasan hutan yang karena keadaannya perlu dikonservasi sedemikian rupa sehingga keberadaan kawasan tersebut dapat mendukung terselenggaranya proses-proses ekologis yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan konservasi, khususnya kawasan konservasi di wilayah laut, terdiri dari Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa), dan Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional dan Taman Wisata Alam).
Permasalahan utama di dalam kawasan konservasi laut, antara lain :
  1. Penangkapan sumber daya alam di dalam kawasan dengan menggunakan bom, dan bahan kimia beracun.
  2. Penangkapan sumber daya alam di dalam kawasan dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan (muro ami, trawl, bubu dan alat tidak ramah lingkungan lainnya).
  3. Penangkapan sumber daya alam di dalam kawasan di saat musim dan di tempat pemijahan.
  4. Kegiatan yang mengancam kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (penambangan pasir/terumbu karang, perambahan mangrove, perusakan lamun, pengambilan biota laut dilindungi, dan kegiatan yang merusak lainnya).
  5. Pencemaran (limbah rumah tangga, tumpahan minyak, sampah dan bentuk pencemaran lainnya).
  6. Pelanggaran zonasi/blok.
Perlindungan dan pengamanan kawasan pada dasarnya adalah upaya melindungi dan mengamankan kawasan dari gangguan manusia, baik yang berada di sekitar maupun yang jauh dari kawasan namun mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan tersebut, atau bentuk gangguan lainnya, kebakaran, gangguan ternak, hama dan penyakit.
Perlindungan dan pengamanan hutan, khususnya kawasan konservasi di wilayah laut berbeda dengan di kawasan konservasi yang berada di daratan, karena kawasan konservasi di wilayah laut meliputi daerah perairan sehingga pengamanan kawasan harus dilakukan dengan sarana dan prasarana khusus, sehingga tetap menjamin keselamatan petugas, selain itu modus operandi pelanggaran hukumnya pun berbeda, sehingga kegiatan perlindungan dan pengamanan di kawasan konservasi di wilayah laut perlu diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :
  1. Perlindungan dan pengamanan fisik kawasan;
  2. Identifikasi daerah-daerah rawan gangguan;
  3. Sosialisasi batas;
  4. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat;
  5. Pemasangan pengumuman dan tanda-tanda larangan;
  6. Penegakan hukum;
  7. Pemusnahan hama dan penyakit serta jenis pengganggu lainnya, dll .
Mengingat kegiatan perlindungan dan pengamanan di kawasan konservasi di wilayah laut mempunyai kekhususan, maka perlu dibuat suatu petunjuk teknis pengamanan tersendiri, sebagai acuan seluruh pemangku kawasan konservasi laut.

B. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusun Petunjuk (Juknis) Pengamanan Kawasan Konservasi di Wilayah Laut ini adalah memberikan acuan bagi UPT dalam melaksanakan kegiatan pengamanan kawasan konservasi laut di wilayah kerjanya sesuai prosedur hukum yang berlaku.
Tujuannya adalah agar pelaksanaan pengamanan kawasan konservasi di wilayah laut dapat lebih optimal, efektif sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mempertakankan fungsi kawasan, serta mempermudah pembinaan, monitoring dan evaluasinya.

03/05/18

Conservationist


Konservasi alam,,,

Bukanlah sosok yang selalu memberikanmu bantuan pemberdayaan

Bukanlah sosok yang selalu memberikanmu hukuman penjara bagi petani dan peladang hingga nelayan

Bukanlah sosok yang selalu memberikanmu kasih sayang bagi satwa endemik disekitarnya

Bukan pula sebagai sebuah sosok menakutkan seperti yang diketahui oleh masyarakat dipinggir-pinggir hutan

Tetapi,,,

Konservasi alam itu sangat kompleks

Ada manusia dan masyarakatNya

Ada satwa endemik dan ciptaanNya

Ada Air, tanah dan UdaraNya

Ada Hutan, perairan dan lautanNya

dan Ada Indonesia


Selamat bertahan sang konservasionis

Kehangatan keluarga, keramaian kota hingga akses informasi pun kau tinggalkan

Hidup dipedalaman rimba dan bertemu dengan manusia-manusia tradisional sekitar hutan

Serta berteman oleh satwa liar dalam kesunyianmu.

Demi sebuah niat tulus.

Memberikan kehidupan demi generasi yang akan datang untuk masa depan yang lebih baik.

Semoga bernilai ibadah.

Salam Konservasi huhahuhahuha

22/11/17

Selamat Hari Pohon Sedunia

Saya ingin berbagi sedikit cerita diskusi tak direncanakan dengan masyarakat dipinggiran hutan dan itu merupakan bagian dari pekerjaan ternyata yang benar-benar saya menikmatinya setiapkali bertemu dan melintaskan diri didalam hutan dan masyarakat desa....


Ketika suatu kali seorang bernama pak Waras bertanya dan meminta pendapatku dengan gaya yang lugu, “ Pak bagaimana caranya untuk mempertahankan hidup ? “


Dengan seenaknya waktu itu saya menjawab “ Ya nanam”.


Ternyata jawaban itu menarik buat beberapa orang terbukti hampir semua yang ada di warung itu menjawab “nanam apa”.


Terpaksa diskusi jalan soal tanam kehidupan.


Ketika Saya lempar pertanyaan “ bagaimana orang masih bisa dikatakan hidup?” sebenarnya mereka langsung menyadari bahwa orang dikatakan hidup jika masih bernafas.


Ketika ku tanya “bernafasnya pakai apa?” mereka semua juga menjawab pakai udara (oksigen)
Ketika ku tanya pula “apa yang menghasilkan oksigen?” jawabanya mereka adalah kayu (pohon), tapi ketika ku tanya “ berapa anda bayar ganti rugi pada pohon?” baru mereka mulai kaget dan merenung.


Saya mulai mengajak mereka mencari pembanding dan bertanya “ada yang punya sepeda motor?” Satu orang yang mengangkat tangannya aku tanya” apa keuntungannya?”, “Banyak banget katanya, Diantaranya kemana-mana jadi mudah dan cepat”. “apa ganti ruginya?” jawabannya adalah bensin, Servis, Sperpart, pajak dll.


Ketika Saya bertanya “ jika selama 1 hari sampean tiadak punya motor apa yang terjadi?”, semua jawaban hampir sama yaitu susah dan nggak bisa kemana-mana.
Saat kutanya “tapi mati nggak?”, Serempak banget mereka jawab nggak.
Sekarang kita bandingkan dengan pohon, ”jika dalam satu hari nggak ada yang menghasilkan oksigen atau sampean nggak bernafas apa yang terjadi?”.serentak pula mereka menjawab mati.

Sebuah perenungan buat kita semua "Tanam pohon jika masih ingin bernafas"
Salam Konservasi....!

18/07/17

Selamat bersekolah anakku




Pagi ini, Berkecimuk persemayaman di otakku. Anakku akan sekolah formal. Agak kesiangan, entah harus berapa kali kami bolak-balik dalam rumah kayak KRL jabodetabek. Entahlah, ternyata bukan Ayash aja yang heboh menghadapi hari pertamanya masuk sekolah formal. Kamipun sebagai orang tuanya jauh hari sebelum tanggal 17 Juli kemaren sudah disibukkan dengan pemilihan sekolah terbaik, Akreditasi, pola belajar untuk taman kanak-kanak yang ada di dusun ini hingga ruang sirkulasi udara untuk perkembangan anak tak luput kami diskusikan bersama menjelang tidur. Maklum saja yang namanya dusun semua serba terbatas. Walaupun pemerintah telah mencanangkan pemerataan pembangunan sedari beberapa puluh tahun lalu. Tak terkecuali pendidikan formal. Dibeberapa sekolah TK kami menanyakan beberapa pertanyaan mendasar seperti akreditasi, setiap guru nangani berapa murid, pola pembelajaran hingga fasilitas bermain untuk anak-anak. Walau setinggat taman kanak-kanak. Namun kami sebagai orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak pertama lalaki kami.


Tepat di depan sekolah, ternyata bel masuk telah berbunyi dan anak-anak sudah pada masuk ke kelas. Mereka digabung dalam satu kelas dahulu. Menurut penjelasan gurunya bahwa ini hanya berlangsung seminggu untuk mencoba melakukan adaptasi terhadap anak baru, setelah itu mereka akan dipecah ke masing-masing kelas. Bertemu dengan puluhan orang tua pengantar anak mereka bahkan ada orang tua yang masuk sesampai di dalam kelas. Lucu, haru, bergembira melihat anak pertamaku masuk sekolah Taman Kanak-kanak.

Dari bilik jendela teralis di kelas anakku, aku berpikir dan berdoa semoga Anakku menjadi anak terbaik di tahapan perkembangannya. Walaupun semuanya tidaklah diukur dengan angka-angka raport yang dikeluarkan sekolah. Dengan demikian rasanya terlalu premature ketika kita menganggap bahwa sekolah satu-satunya penghasil produk bernama manusia.

Aku mengerti bahwa orang tua manapun di dunia ini tidak akan mau anaknya menjadi penjahat. Dalam buku karya Paulo Freire berjudul Menggugat Pendidikan, tertulis cerita tentang kaisar Nero. Filusuf dan juga pakar politik di Romawi kuno bercerita tentang pengalamannya. Ia mempunyai murid terkenal bernama Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus atau dipanggil Nero sang kaisar pembunuhnya adalah seorang pemain teater, penyayim penyair, musisi yang dibenci oleh siapapun. Nero pernah meracuni Seneca, tetapi sang guru sempat pulih kembali. Nero pernah memaksanya bunuh diri. Apakah Seneca mengajarnya untuk menghukum mati ibu, saudara-saudara, isteri dan sekian banyak rakyat jelata? Tentu tidak. Meski Seneca ikut merasa berdosa lantaran muridnya lulus dalam keadaan jauh dari waras.

Lantas apa yang membuat sekolah menghasilkan seorang penjahat? Freire dkk menganggap bahwa jawaban yang paling aman dan paling dianggap mendekati kenyataan yaitu Kehidupana dalah akademi mahabesar, kehidupan adalah guru, mau jadi apakah lulusannya, tak ada yang bisa memastikan. Atau dengan kata lain Freire dkk beranggapan bahwa kehidupanlah yang bisa memastikan apakah seseorang menjadi baik atau penjahat. 
Selamat bersekolah nak. Yuk kita santai dan menikmatinya. Jangan pernah takut pada siapapun tetapi tetap menghormati. Belajarlah menjadi manusia untuk menuju kesempurnaanNya.  

02/02/17

Hanya ada Aku, Hutan dan Tuhan

Pagi itu, jarum jam menunjukkan angka 4 pagi. Matahari masih berselimut dalam kedinginan angin laut dan suara gemuruh ombak dilaut yang seakan berkejaran agar tercepat sampai di pantai. Kapal harus berangkat saat ini, ini merupakan musim pancaroba dimana alam tak ingin bersahabat dengan para pencari kehidupan di laut. Biasanya ombak dan gelombang di ketiak Pulau Sulawesi akan berhenti ketika imlek menurut pengalaman umumnya masyarakat. Imlek dan ombak pikirku filosofinya adalah perayaan yang diperingati oleh saudara-saudara kita dari tiongkhoa ini setahu saya legendanya adalah ketika seorang raksasa mengamuk dan mereka memberikannya makanan agar raksasa tersebut tidak marah  dan ngamuk lagi. Sepertinya halnya alam, awal tahun seperti kali ini mungkin dimaknai sebagai hari istirahatnya alam agar kembali fit lagi untuk dieksploitasi manusia.
Sepagi itu kapal penumpang umum yang ku tumpangi bergerak menuju sebuah pulau dengan tujuan pengambilan data kerusakan kawasan taman nasional. Seorang diri masuk ke kawasan yang notabene harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa alat keselamatan dan tetekbengeknya agar kegiatan kali ini berjalan lancar.
Sesampai di kawasan, menyusuri lorong hutan yang sempit karena kerapatan liana dan duri-duri rotan yang menjalar dikiri-kanan seakan memperingati penjemputan kedatanganku. Jika kalau di pejabat atau orang terkenal akan berkunjung disuatu wilayah, riuh gemuruh penyambutan serta kibaran bendera dan disontaki teriakan histeris pendukung akupun tak ingin kalah dengan mereka itu. Riuh gemuruh teriakan berupa angin darat yang berhembus  serta duri-duri dan liana hutan sebagai kibaran bendera untuk kedatanganku kali ini.
Bukannya karena tidak ada tim, tapi kami harus dipencar agar target dan data yang diinginkan dapat tercapai. Kami harus berpencar. Instruksi kepala SPTN Wilayah tegasnya.


Wifi perdana Balai

07/05/16

Putri Ke Dua. Andi Daulika

Telah Lahir Anak ke dua Putri dengan Berat 3,1 Gr dan Tinggi 48 Cm Tanggal 07 Mei 2016 JAm 07.25 Pagi di Rumah Sakit Bersalin Care She Palu.

04/04/16

Permainan Badut Kota


Atas meja makan, 23:58
Sembari menunggu masaknya air untuk merebus mi instan kesukaanku. Malam larut gini emang salah satu menu spesial itu adalah mi goreng instan. Selalu, setiap kali rasa lapar melandaku.
Berbagai pengalaman dalam bertugas dan berkeluarga telah aku alami dalam beberapa dekade minggu terakhir. Dimulai dari kegiatan perairan yang mengisahkan kebahagiaan dengan parameter lunsum yang didapatkan jauh lebih tinggi dari harapan. 5 hari di perairan sembari menikmati berbagai pengalaman lapangan aku alami. Mulai dari peristiwa naik “bue-bue” (baca ; ayunan bayi) bagi suku tradisional hingga penelusuran pengolahan kayu yang dilakukan oleh oknum dalam jumlah yang besar. Oknum tersebut sampai dengan tulisan ini diturunkan, tak diketahui dimana rimbanya. Keparat emang,,, merusak hutan dengan mengambil kayu dalam jumlah yang besar tanpa memperdulikan lainnya.
Kegiatan perairan kali ini melibatkan sekcam yang secara terang-terangan didatangi formal ke kantor kecamatan. Ini adalah kali pertama kami melakukannya. Berbeda dengan TN lainnya. Kali itu tongak sejarah pertama TN berkolaborasi dengan pemda di mulai. Yang mana sebelumnya sangat bertentangan dengan oknum bupati yang bernama damshit. *jeda sejenank, mie gw udah mateng*

19/03/16

Permintaan (tulisan) Aneh

Ada pertanyaan aneh dari seorang Guru berjulukan Doktor kepada saya malam ini melalui sebuah email. Pertanyaannya sederhana. Coba buatkan saya tulisan tentang Agama dan Etnis orang lain dalam pandangan sederhana yang saya alami. Ini kah aneh? kenapa aneh karena pikir saya saat itu, saya pasti akan menuliskan keburukan dan kejelekan agama serta suku orang lain apalagi ini merupakan prinsip hidup manusia dalam berinterkasi sosial sesamanya. Pasti pembaca pernah mengenal istilah "SARA". Sara yang dimaksud bukanlah seseorang dengan body aduhai, seksi, putih dan menghiasi film-film biru yang tersimpan "hidden" dalam folder hardisk. Sara yang dimaksud adalah Suku Agama Ras dan Antar golongan. Pemicu adanya konflik.

Tentang Agama orang lain.
Saya lahir dalam keluarga ber-KTP Islam maka saya pun hingga kini masih ber-KTP Islam. Agama bagi saya adalah ajaran yang amat terhormat. Begitupun lainnya, seseorang yang berusaha memegang teguh agama baik Islam maupun bukan Islam, meskipun saya merasa tidak sempurna dalam menjalankannya tapi merasakan sesuatu yang aneh, dan menurut saya sesuatu itu sepertinya sudah lama ingin saya cermati.
Saya menduga, meskipun dugaan saya ini bisa jadi salah, saya melihat dan merenungi bagian demi bagian komentar dari teman-teman saya sepertinya terlalu memojokkan agama Islam. Agama Islam yang saya junjung menjadi pedoman hidup dan saya menganggapnya sebagai ajaran sempurna.
Bagi saya dan penganut Islam lainnya mudah-mudahan sepakat dalam hal ini. Tapi saya tidak mengaitkan kepada penganut agama lain karena prinsip kita "berbeda".

07/03/16

Birokrasi


Konsep birokrasi yang lahir pada abad ke 19 telah membawa angin segar bagi pemikiran baru organisasi yang efisien. Pemikiran ini dikemukakan oleh Max Weber dengan menyajikan suatu bentuk birokrasi yang ideal. Bentuk birokrasi yang ideal dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengelola organisasi modern dan berskala luas. Tetapi konsep birokrasi yang lahir pada abad ke 19 ini baru melahirkan suatu masalah dan tema pemikiran antipati dari masyarakat. Orang mengeluh karena merasa seluruh kehidupannya diresapi oleh birokrasi, diatur oleh alat negara sehingga tidak ada lagi ruang gerak dalam kehidupan mereka. Orang sangat tergantung kepada birokrasi dan tidak dapat meyelesaikan masalahnya kalau tidak dibantu oleh birokrasi. Birokrasi merupakan suatu kenyataan bahwa masyarakat akan diarahkan dan diawasi oleh kekuasaan sentral dengan berbagai cara seperti Undang-Undang yang membatasi ruang gerak seseorang. Undang-Undang juga menimbulkan kewajiban yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat. Disamping itu, birokrasi mendidik orang bekerja dan berpikir secara terkotak-kotak sehingga dapat mengakibatkan hilangnya kreativitas dan spontanitas seseorang. Undang-undang juga menimbulkan kewajiban yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat. Setiap orang yang bekerja dalam birokrasi akan tergantung pada suatu macam pekerjaan saja (spesialisasi) dan lama kelamaan dapat menghilangkan perasaan solidaritas diantara mereka sehingga akhinya menimbulkan perasaan individualitik. Perasaan intim yang selama ini dianut dalam keluarga akan sirna oleh orang yang telah mementingkan dirinya sendiri. Perasaan inilah yang menghantui masyarakat yang hidupnya semakin lama semakin terikat pada birokrasi. Tetapi benarkan birokrasi demikian???

09/10/15

KLHK vs KKP

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal 78 A dimana 7 Taman Nasional Laut di Indonesia akan dialihkan pengelolaannya dari Kementerian Kehutanan (KLHK) ke Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) di DKI Jakarta, Taman Nasional Karimun Jawa (TNKj) di Jateng, TN Bunaken (TN Bunaken) di Sulut, TN Wakatobi (TNW)di Sultra, TN Taka Bonerate (TNTB) )di Sulsel, TN Kep. Togean (TNKT) di Sulteng dan TN Teluk Cenderawasih (TNTC) di Papua, kemaren sempat membuat panik beberapa bahkan bisa dikatakan seluruh pegawai Taman Nasional Laut di Indonesia. 
Saya meyakini disemua pegawai tersebut lagi pada galau untuk kemana arah mereka selanjutnya. Apakah tetap sebagai rimbawan atau ntar bertugas di laut.
Semoga saja Tuan yang diatas sana memperjuangkan nasib kami masing-masing. 467 orang PNS di 7 Taman Nasional (laut) Indonesia

06/10/15

Letupan Rindu Penuh Gelora

Sekali lagi mereka berbuat jahat kepadaku.
“Biarkan saja”, begitu kata hatiku.
Tapi pikiranku bergejolak.   “Tidak bisa dibiarkan!”  Pikiranku memberontak, meronta tidak terima.
“Tidak, biarkan saja, biarkan Tuhan yang membalas mereka, bukan kamu.  Jika kamu membalas, kamu sama jahatnya dengan mereka” Hatiku berusaha menenangkan.
“Tapi kalau terus menerus dibiarkan, kamu akan gila!” pikiranku berteriak, memanas.
“Tidak akan, yang penting kamu tidak usah pikirkan perbuatan mereka.  Berdoa saja semoga mereka tersadar”  hatiku kembali bersuara dengan sabarnya.
“Kamu bodoh, kamu akan tertindas oleh mereka.  Mereka akan semakin menjadi-jadi terhadap kamu.  Lawan mereka, maka mereka tidak akan berani lagi macam-macam”  pikiranku kembali berteriak, tak sabar.
“Sabar, dengan kesabaran masalah akan terselesaikan, dunia akan damai.  Ingat, hidup cuma sekali kata teman saya M. Ikbal M., ada saatnya main-main ada saatnya jadi diri sendiri. Bosan cuy jadi orang lain lanjut sahabat saya itu yang entah dimana rimbanya kini.
“Bodoh, justru karena hidup cuma sekali, jangan biarkan orang menindasmu.  Jadilah manusia yang tangguh, BODOH!” pikiranku semakin tidak sabar, penuh emosi.

18/06/15

Marhaban Ya Ramadhan

Malam ini tak terasa kembali ramadhan berjumpa dengan kita sekalian. Betapa hati ini rindu luar biasa pada kampung halamanku.Tak terasa pula ia akan berlalu dengan sendirinya. Pasti akan menyesal pada akhirnya.
Ramadhan kali ini adalah ramadhan ke 4 tanpa almarhum papa. Teringat terakhir via telepon beliau selalu mengingatkanku untuk sahur atau menggunakan fasilitas TalkManianya Telkomsel untuk selalu menelponku ketika sahur menjelang. Sekedar membangunkanku dari tidur.
Ramadhan kali ini pula merupakan ramadhan ke dua bagiku dan istri berkumpul bersama ditemani si kecil yang makin pintar. Anak Pertamaku.

19/05/15

Kolborasi Taman Nasional di Indonesia


Foto Ketika ke TN Berbak 2014
TN. Berbak
Jauh sebelum masa kolonial, rakyat Indonesia telah mengenal konsep perlindungan bagi daerah-daerah hutan sebagai bagian dari budaya spiritual yang berlandaskan pada kepercayaan animisme. Istilah pohon keramat, hutan angker, dan hutan keramat merupakan peninggalan budaya masa lalu yang memiliki implikasi pada perlindungan hutan
dan pohon tertentu. Berbagai hubungan antara manusia dengan alam atau komponen-komponen alam yang berkembang di masyarakat pada saat itu dilandaskan pada spiritualisme dan keyakinan bahwa berbagai komponen ekosistem merupakan bagian dari alam di mana tangan Tuhan bekerja untuk memberikan kerberkahan dan hukuman bagi manusia. Keyakinan tersebut, dalam berbagai hal juga mengatur pola hubungan manusia dengan alam dan cenderung menempatkan alam di atas manusia. Pada masa berkembangnya kerajaan Hindu, hubungan manusia dengan alam bergeser—walaupun alam masih diakui sebagai sumber kekuatan spiritiual—manusia harus mampu menaklukan. Bagi mereka yang berhasil menundukkan alam dan spirit yang ada didalamnya akan dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dan berhak untuk menguasainya. Setiap orang diharapkan untuk membudidayakan alam untuk mendapatkan nilai dan manfaat yang lebih tinggi. Pada masa itu, penguasaan khusus atas sumberdaya alam dimiliki oleh raja yang dipercaya sebagai titisan Dewa. Pada masa kolonial, gerakan perlindungan hutan yang didasarkan atas fakta ilmiah pada saat itu mencuat melalui ide perlindungan atas bencana alam seperti banjir dan longsor. Perlindungan di hutan-hutan yang dikuasai masyarakat asli pada waktu itu juga diakomodasikan oleh pemerintah kolonial dan melahirkan berbagai konsep mengenai hutan larangan atau hutan marga di beberapa wilayah di Indonesia. Pada awal Abad 19, gerakan pelestarian alam secara ilmiah berkembang dengan mengedepankan. pentingnya ekosistem hutan tropis sebagai sumber pengetahuan baru dan perlunya suaka untuk kepentingan generasi mendatang. Bersamaan dengan itu, tumbuh gerakan romantisme para pencinta alam yang mengedepankan pentingnya perlindungan alam untuk kepentingan rekreasi, perbaikan
moral, dan sumber inspirasi. Para ilmuwan

05/05/15

Kredit Renovasi Kepemilikan (Rumah) Blog

Judul diatas sudah tertuju pada dua kata yang tidak asing lagi di telinga pegawai negeri. Yap yaitu kata kredit dan blog. Sayapun memberi judul tersebut diatas dikarenakan profesi saya yang sehari-hari sebagai fungsional lapangan dengan kecukupan. Kali ini saya tidak ingin membahas tentang profesi yang saya jalani tetapi lebih mengarah ke halaman blogku yang sudah lama tak terurus bahkan dikunjungi. Ibarat sebuah rumah. blog merupakan tempat bernaung di dunia maya. Tempat mengistirahatkan otak dan pikiran serta menyalurkan segala yang ada.

Malam ini rumah ini direnovasi total, dari tampilan awal hingga halaman belakangnya. Memerlukan waktu yang tidak sedikit sera biaya internet di pedalaman yang memang ditengah kesibukan malamku yang harus mengerjakan beberapa pekerjaan penting dari auditor. Karena kesibukan dan aktifitas yang menyita. Padahal ditengah-tengah kesibukan tersebut kadang muncul ide, gagasan dan pikiran yang mungkin jika dituangkan ke blog bisa bermanfaat bagi orang lain.

Ibarat menempati rumah baru, tingkat kebetahan didalam rumah tentu diatas puncak tertinggi, bahkan untuk membersihkan atau sekedar

17/01/15

Menulis

Saya mulai tertarik dengan dunia kepenulisan sejak mengikuti workshop kepenulisan  yang di adakan oleh komunitas Café  De Kosta. Kemudian saya banyak mengikuti milis-milis kepenulisan, di antaranya milis Penulis Bestseller. Apa saja  yang saya posting di sana? Selain puisi dan cerpen, saya juga mengirim opini atau artikel-artikel, bahkan sekedar tanggapan dengan topik yang menarik untuk dibahas. Dari mana saya mendapatkan bahan-bahan itu? Apakah dari membaca buku, majalah, koran, dan situs internet?
Membaca merupakan semacam bekal untuk mengisi pikiran kita. Membaca sangat membantu saya. Akan tetapi jika saya berusaha memasukkan gagasan-gagasan dari buku, opini di majalah, koran ataupun dari situs internet ke dalam pikiran saya, kemudian meneruskan kepada orang lain, pasti akan ada yang kurang bebas dalam tulisan saya. Rekan-rekan yang membaca tulisan saya mungkin tidak begitu tahu ketidakberesannya, tapi bagaimanapun juga mereka tidak mungkin akan tertarik untuk membacanya.
Di sini ada sesuatu yang telah saya alami ketika pertama kalinya saya belajar menanggapi suatu artikel di situs bergengsi Pembelajar.com yang ditulis oleh seorang penulis terkenal Jennie S. Bev saya membaca dan mencernanya. Ketika saya menuliskannya dengan harapan dibaca orang, saya tidak menceritakannya kembali, tetapi yang saya tulis adalah apa yang saya cerna dari artikel tersebut, dan apa yang ingin dan coba saya katakan.

03/05/14

Cara install ArcGis 10 Service Park 3

Cara install ArcGis 10 Service Park 3 adalah sebagai berikut :
A.    Install dotnet 3.5 SP1
Persyaratan untuk install Arcgis 10 adalah harus terinstal dotnet 3.5 SP1.  Program ini tersedia pada pada bawaan program Arcgis 10, yaitu pada folder ArcGis10_crack_SP3>ArcGis10.Desktop>DotNet3.5>dotnetfx35sp1.
Setelah dilakukan penginstalan program ini lakukan restart.
B.     Install ArcGis Desktop
Non aktifkan program anti virus yang mengganggu instalasi Arcgis 10 seperti Avast Anti Virus. Setelah itu lakukan langkah-langkah beriktu :
1)      Klik ganda file setup yang berada pada folder : ArcGis10_crack_SP3>ArcGis10.Desktop> Desktop>Setup (windows Installer).
2)      Klik Next,
3)      Pilih I accept the license agreement, kemudian klik Next.
4)      Tandai Complete, kemudian Klik Next
5)      Biarkan folder tempat instalasi; klik Next.
6)      Biarkan folder tempat instalasi program Python, kemudian klik Next.
7)      Klik next lagi
8)      Arcgis 10 sedang diinstal
9)      Setelah selesai install ArcGis Desktop klik Finish
10)  Klik Cancel ketika muncul kotak ArcGis Administrator Wizard


C.      Install ArcGis10 SP 1 dan ArcGis10 SP2
Tahap selanjutnya menginstal ArcGis SP1 yang berada pada Folder : ArcGis10_crack_sp3> service park>ArcGISDesktop10sp1.  Klik ganda file ArcGISDesktop10sp1.
Klik Next
Setelah selesai install klik Finish
Tahap selanjutnya install ArcGISDesktop10sp2 yang berada pada folder : ArcGis10_crack_sp3> service park>ArcGISDesktop10sp2.  Caranya sama dengan menginstal ArcGisDesktop10sp1.